BENCANA BANJIR MELANDA PROVINSI NAD DAN SUMATERA UTARA

634

Tingginya curah hujan di wilayah Sumatera, terutama di Prov. NAD, dan Sumut menyebabkan banjir dibeberapa daerah di dua wilayah tersebut. Bencana banjir kali ini menelan korban jiwa meninggal dan luka-luka, selain kerugian harta benda.

Di Muara Sipongi Kab. Mandailing Natal Sumatera Utara, belum selesai permasalahan gempa bumi, bencana banjir dan tanah longsor menimpa penduduk di daerah itu pada hari Minggu (24/12) malam. Bencana ini menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 24 orang luka-luka. 

Bencana banjir juga terjadi di Kab. Langkat Sumatera Utara pada Jumat (22/12) dengan ketinggian 3 meter. Banjir terjadi di 6 kecamatan yaitu Kec. Besitang, Sei Lepan, Brandan Barat, Swt Seberang, P. Tualang dan Stabat. Bencana ini menyebabkan 12 orang meninggal dunia, 5 orang dinyatakan hilang dan sekitar 50 ribu jiwa harus meninggalkan tempat tinggal mereka karena terendam banjir.

Di wilayah lain, banjir besar terjadi di Kab. Aceh Utara, Aceh Tamiang, Aceh Timur, Bener Meriah, Gayo Lues dan Bireun. Korban jiwa terbesar di Kab. Aceh Tamiang, yaitu 44 orang meninggal, sekitar 200 orang dan sekitar 203 ribu jiwa mengungsi. Di Kab. Bener Meriah tercatat 11 orang meninggal dan sekitar 3.800 orang mengungsi, di Kab. Gayo Lues ditemukan 3 orang meninggal, 2 orang dinyatakan hilang dan sekitar 300 ribu orang mengungsi. Selain itu, 5 puskesmas di Kab. Aceh Utara dan 9 puskesmas serta 1 gudang farmasi di Kab. Aceh Tamiang tidak berfungsi karena terendam banjir.

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Prov. Sumut maupun NAD, telah dilakukan upaya penanggulangan antara lain membuka pos pelayanan kesehatan, mengirim bantuan tenaga dan logistik kesehatan, melakukan pembasmian vektor, kaporisasi dan kegiatan surveilans. Sementara itu, Departemen Kesehatan mengirim bantuan berupa perahu karet dengan motor tempel dan pelampung.  

Distribusi bantuan dalam penanggulangan masalah kesehatan akibat banjir dan tanah longsor tidak berjalan mulus. Jalur transportasi yang terputus, sarana komunikasi yang terbatas dan luasnya daerah yang terkena dampak akibat banjir menjadi hambatan utama dalam upaya penanganan.

Sampai saat ini, bantuan yang masih dirasakan perlu untuk penanganan korban banjir antara lain MP-ASI (Makanan Pengganti ASI), vaksin campak, vaksin hepatitis dan vaksin kholera.