Terjadi banjir bandang dengan beberapa korban yang tenggelam di
Provinsi DKI Jakarta. Masyarakat sekitar pun panik dan membunyikan
kentongan untuk meminta pertolongan. Berdasarkan laporan dari
masyarakat maka Tim SAR dan Ambulans 118 dibantu oleh masyarakat
sekitar melakukan evakuasi terhadap korban. Pusdaldukkes DKI melaporkan
ke PPK untuk berkoordinasi mengambil langkah-langkah tanggap darurat,
antara lain dengan menyiapkan puskesmas dan rumah sakit terdekat
sebagai tempat rujukan korban luka. Setelah korban dievakuasi ke darat
baik dengan perahu karet maupun dengan helikopter, perawat Ambulans 118
segera melakukan triase (pemilahan korban berdasarkan kegawatan cedera
yang diderita yaitu pita hitam untuk korban meninggal, merah untuk
luka berat dan hijau untuk luka ringan/sehat) serta pertolongan pertama
di lokasi kejadian terhadap korban yang telah berhasil dievakuasi.
Tidak jauh dari lokasi bencana juga didirikan Pos Kesehatan oleh
Ambulans 118 untuk merawat korban luka ringan sedangkan yang luka berat
segera dirujuk ke rumah sakit atau Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap)
setelah distabilisasi. Korban meninggal diidentifikasi oleh tim DVI
Polri.
Pada saat yang hampir bersamaan, di Provinsi DKI pun terjadi bencana
gempa bumi yang diikuti terbakarnya sebuah hotel berlantai 15. Hotel
tersebut kemudian rubuh dan menimpa truk yang mengangkut zat kimia
berbahaya hingga meledak. Masyarakat memberikan informasi kejadian
tersebut kepada pemadam kebakaran, polisi dan ambulans. Selanjutnya
Pusdaldukkes DKI melaporkan ke PPK dan berkoordinasi untuk mengambil
langkah-langkah penanggulangannya. Tim pemadam kebakaran diturunkan
untuk memadamkan api dan melakukan evakuasi dibantu tim SAR dan
Ambulans 118. Proses penanganan korban diawali dengan triase,
pertolongan pertama di tempat oleh perawat Ambulans 118 dan
identifikasi korban meninggal oleh tim DVI. Namun karena terjadi
paparan zat kimia maka dilakukan dekontaminasi terhadap korban yang
masih hidup oleh tim Nubika Zeni TNI AD. Tidak hanya korban, proses
dekontaminasi pun dilakukan pada ambulans yang mengangkut korban.
Selanjutnya korban dirujuk ke RS dan Rumkitlap TNI AD. Karena terjadi
pencemaran zat-zat berbahaya, masyarakat sekitar dievakuasi ke tempat
pengungsian yaitu di tempat-tempat umum seperti sekolah, mesjid, balai
desa dan sebagainya. Di lokasi pengungsian didirikan dapur umum, MCK,
sarana air bersih serta Posyankes.
Kejadian-kejadian diatas adalah rangkaian kegiatan acara puncak Gladi
Lapang Penanggulangan Krisis Akibat Bencana yang dikoordinir oleh PPK
bekerjasama dengan Dinkes Prov. DKI Jakarta. Acara yang berlangsung
pada tanggal 15 September 2006 tersebut diadakan di Bumi Perkemahan
Pramuka dan Wisata Cibubur dan diikuti oleh kurang lebih 500 para
pelaku gladi.
Sebelumnya, selama dua hari berturut-turut yaitu 13 dan 14 September,
para pelaku gladi telah mendapatkan persiapan berupa pembekalan teknis,
pengaturan laku serta gladi resik. Hari pertama, acara Pembekalan
Teknis Kesehatan Sebagai Persiapan Gladi Lapang Kesiapsiagaan diadakan
di gedung Depkes dan dibuka oleh Sekretaris Jenderal Departemen
Kesehatan, Dr Sjafii Ahmad, MPH. Acara tersebut dihadiri oleh para
pelaksana gladi yang terdiri dari Depkes, Dinkes Prov. DKI, Ambulans
118, PMI, TNI, Pemadan Kebakaran DKI, Polri, Dinkes Tangerang, Dinkes
Bekasi, Dinkes Depok, Dinkes Bogor dan SAR. Sedangkan keesokan harinya
dilakukan persiapan serta gladi resik di Bumi Perkemahan Pramuka dan
Wisata Cibubur.
Acara puncak gladi dimulai pukul 8 tepat ditandai dengan dibunyikannya
sirine oleh Ibu Menkes, Dr.dr.Siti Fadillah Supari, SpJP(K) dan
dihadiri oleh sekitar 150 undangan yang berasal dari Bakornas, Depkes,
Dinkes Provinsi serta RSU di seluruh provinsi, PMI, PT Indo Farma dan
Kimia Farma, WHO, UNDP, UNICEF, JICA, UN OCHA, ICRC, UNFPA dan IOM.
Acara ditutup siang hari dan diakhiri dengan evaluasi kegiatan yang
diikuti oleh para pengamat serta pengendali gladi.
GLADI LAPANG PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA
330