Gempabumi merupakan sebuah kejadian alam yang pada dasarnya merupakan getaran yang berasal dari permukaan bumi. Gempabumi terjadi melalui proses yang panjang dari interaksi antar lempeng bumi, oleh karena itu muncul sebuah harapan agar gempa bumi dapat diketahui tanda-tandanya sebelum terjadi.
Sebelumnya telah banyak dilakukan kajian mengenai tanda-tanda sebelum kejadian gempa bumi. Salah satunya pada tahun 2009, I Made Kris Adi Astra meneliti kejadian gempabumi yang terjadi di Yogyakarta pada tahun 2006. Dalam penelitiannya, dikatakan bahwa sebelum terjadi gempabumi, terdapat penyimpangan medan magnetik pada H-4 dari gempabumi.
Tanda-tanda gempabumi mulai coba dilihat dari aktivitas listrik di udara atau petir. Sebagai contoh yaitu pada saat gempabumi di Pidie Jaya, Aceh yang terjadi pada Tanggal 07 Desember 2016 Pukul 05:03:36 WIB. Prinsip dasarnya sama yaitu dengan penelitian tentang adanya interaksi lempeng bumi yang menghasilkan panas yang naik ke udara. Pada proses tersebut, diterjemahkan sebagai proses kondensasi pada pembentukan awan. Listrik udara merupakan sebuah peristiwa yang terjadi akibat adanya perbedaan muatan di dalam awan.
Berdasarkan hasil penelitian dari data-data yang telah diolah, diketahui bahwa ada penurunan aktivitas listrik di daerah Pidie Jaya pada tanggal 7 Desember tepat pada saat gempabumi terjadi dengan sebelumnya terjadi peningkatan aktivitas listrik udara sebanyak 178.422 sambaran. Peningkatan aktivitas listrik udara terjadi dalam waktu satu jam sebelum Gempabumi Pidie jaya terjadi.
Dugaan sementara bahwa proses terjadinya gempabumi mempengaruhi aktivitas listrik di udara didapat berdasarkan aktifitas listrik yang meningkat sehari bahkan sejam sebelum terjadi gempabumi di Pidie Jaya. Untuk memperkuat dugaan tersebut, maka dilakukan analisis spasial data listrik udara yang bertujuan untuk memperoleh kerapatan wilayah aktivitas listrik udara. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada tanggal 6 - 8 Desember 2016 terdapat perpindahan aktivitas listrik udara dari bagian Barat Provinsi Aceh menuju Bagian Timur Aceh. Perpindahan inilah yang memperkuat dugaan bahwa proses sebelum terjadi gempabumi mempengaruhi aktivitas listrik di udara.
Namun demikian, peningkatan aktivitas listrik udara di Pidie Jaya belum dapat dipastikan bahwa hal itu dipengaruhi oleh proses sebelum energi gempabumi terlepas, sehingga diperlukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui terkait fenomena tersebut.
Sumber : http://bmkg.go.id/artikel/?id=4vq815702018dzv05058