KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG PAPANDAYAN

569

KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG PAPANDAYAN

I.   Pokok permasalahan

Gunung Papandayan yang terletak di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, merupakan gunung yang masih aktif hingga saat ini. Periode letusan G. Papandayan berkisar antara 1 dan 151 tahun, dengan rincian sebagai berikut: setelah letusan tahun 1772, letusan berikutnya adalah tahun 1923. Setelah letusan 1923, ritme letusan semakin sering, yakni pada tahun 1924, 1925, dan terakhir pada tahun 1925. Saat ini Gunung Papandayan mengalami peningkatan aktifitas dan dalam keadaan status waspada.  

II.   Daerah Rawan Bencana

Gunung Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga kemungkinan bahaya akan ditimbulkan apabila terjadi letusan. Daerah yang kemungkinan terancam adalah daerah yang berada di arah bukaan. Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II. 

Daerah Bahaya I
Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas, alilran lava, eflata dan lahar. Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada letusan 1772, daerah ini dilanda awan panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar. Kampung yang termasuk ke dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadean, Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung. 

Daerah Bahaya Lontaran
Merupakan daerah yang terancam letusan gunungapi dan eflata lainnya (jatuhnya piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, perpusat di kawah aktif (kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984), diantaranya; kampung Simpang, Rancadadap, Pusparendang, Pasirjeung, Panday, Cisaroni, dan Cidadar.   

Daerah Bahaya II
Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya sekunder), meliputi daerah yang terletak berdekatan dengan sungai yang berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung yang terdapat dalam daerah Bahaya II adalah: kampung Cipagetaran, Jamban, Cibalong, Cipelah, Cempaka, Cimuncang, Garduh, Ciraab, Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilangan, Simpang 1, dan Pasirparung.  

III.   Permasalahan kesehatan

Berdasarkah hasil pemantauan yang dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Garut belum ada permasalahan kesehatan.    Faktor resiko yang berhubungan dengan wilayah rawan dan  kelompok rentan, adalah sebagai berikut : 

No. Kecamatan Jml Penduduk Bayi Balita Manula
1. Cisurupan 86.793 2.024 3.476 21.777
2. Sukaresmi 32.785 680 3.071 9.113
3. Pamulihan 18.905 279 1.482 5.684
4. Cikajang 69.591 1.608 6.755 17.754
5. Bayongbong 85.465 2.008 8.343 63.057
6. Cigedug 34.408 720 3.054 5.226
7. Samarang 66.191 1.521 6.414 16.845
8. Pasirwangi 57.316 1.295 5.524 14.727
9. Garut Kota 120.831 2.896 11.881 29.700
10. Tarogong Kaler 75.696 1.758 7.359 19.720
11. Tarogong Kidul 91.394 2.424 7.229 23.085
Jumlah 737.375 17.231 69.588 226.688

  IV.   Kesiapan sarana dan prasarana kesehatan

  1.  Kesiapan sarana kesehatan, adalah sebagai berikut : 

No. Sarana Kesehatan Jumlah
1. Rumah Sakit 2
2. Puskesmas 62

 2.  Kesiapan prasarana di rumah sakit, adalah sebagai berikut:
      Ø      Rumah Sakit Umum dr. Slamet Garut jumlah tempat tidur 369
      Ø      Rumah Sakit TNI Guntur Garut jumlah tempat tidur 93     

V.  Kesiapan tenaga kesehatan

Kesiapan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas, Pustu dan Rumah Sakit, adalah sebagai berikut : 

No. Jenis Tenaga Jumlah
A Puskesmas dan Pustu  
1. Dokter umum 90
2. Dokter gigi 23
3. Perawat 876
4. Bidan 369
5. Tenaga Farmasi 66
6. Sarjana Kesehatan Masyarakat 9
7. Sanitarian 58
8. Gizi 38
9. Teknisi Medis 15
  Jumlah 1544
B RSU dr. Slamet Garut  
1. Dokter umum 14
2. Dokter Spesialis 24
3. Dokter gigi 1
4 Perawat/Bidan 224
5. Apoteker 3
6. Para medis non keperawatan 124
7. Tenaga Administrasi (non medis) 161
  Jumlah 551
C RS TNI GUNTUR Garut  
1. Dokter Umum 5
2. Dokter spesialis (tamu) 15
3. Dokter Gigi 1
4. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1
5. Assisten Apoteker 2
6. Perawat 74
7. Bidan 3
8. Tenaga Administrasi (non medis) 58
  Jumlah  159
  TOTAL 2.254

    VI.  Usulan kebutuhan sarana dan prasarana tingkat puskesmas

    1.  Kebutuhan sarana dan prasarana tingkat puskesmas 

NO JENIS BARANG KEBUTUHAN PER UNIT PELAYANAN KEBUTUHAN UNTUK 11 KEC. RAWAN BENCANA
1. Tenda Pos Kesehatan 1 unit 11 unit
2. Meja periksa 3 unit 33 unit
3. Tensimeter 3 unit 33 unit
4. Statoskope 3 unit 33 unit
5. Alat Komunikasi (HT) 5 unit 55 unit
6. Pesawat Rig untuk di Posko 1 unit 11 unit
7. Paket Obat Bencana 3 pt 33 pt
8. Tandu 10 unit 110 unit
9. Kantong mayat 10 unit 110 unit
10. Senter untuk pemeriksaan 3 buah 33 buah
11. Jas hujan 15 buah 165 buah
12. Sepatu lapangan 15 set 165 set
13. Topi lapangan 15 buah 165 buah
14. Jaket lapangan 15 buah 165 buah
15. Ransel 15 buah 165 buah
16. Senter lapangan 15 buah 165 buah
17. Genset 1 unit 11 unit
18. Kendaraan roda dua 1 unit 11 unit
19. Masker 18 buah 198 buah
20. Sarung tangan 18 set 198 set
21. Ambulance 1 unit 11 unit

  Keterangan :

  a.   Puskesmas yang disiagakan adalah  puskesmas yang berada  terdekat dengan wilayah  paling  rawan bencana antara lain :
   o  Kecamatan  Pamulihan
       - Puskesmas Pamulihan
   o  Kecamatan Cirurupan
       - Puskesmas Cisurupan
       - Puskesmas Pakuwon
   o  Kecamatan Bayongbong
       - Puskesmas Bayongbong 

b.  Tujuh puskesmas yang lain   disiagakan untuk  mendukung     puskesmas tersebut di atas,  pada   saat  kejadian bencana.      

2.  Kebutuhan sarana dan prasarana tingkat kabupaten 

NO JENIS BARANG KEBUTUHAN
1. Kendaraan roda empat (4WD) 1 unit
2. Alat komunikasi  (HT) 6 unit
3. Pesawat Rig 1 unit
4. Paket obat bencana 3 pt
5. Tandu 2 unit
6. Kantong mayat 5 unit
7. Jas hujan 25 buah
8. Sepatu lapangan 25 set
9. Topi lapangan 25 buah
10. Jaket lapangan 25 buah
11 Ransel 25 buah
12 Senter lapangan 25 buah
13 Ransel 25 buah
14 Sarung tangan 25 set
  
VII.     Rencana tindak lanjut

1.      Mengadakan pertemuan koordinasi.
2.      Perlu adanya pengukuran kualitas udara di sekitar gunung tersebut.