Sebagai Negara yang tergolong rawan terkena bencana, Indonesia
memerlukan sistem kesiapsiagaan yang baik dalam penanggulangan bencana.
Tentu masih segar dalam ingatan kita bencana gempa bumi disusul
gelombang Tsunami yang meluluh lantakkan Nangroe Aceh Darussalam dan
sebagian Sumatera Utara. Betapa bencana tersebut telah melahirkan
keprihatinan dunia dan solidaritas yang mencengangkan. Pemerintah, LSM
nasional dan internasional dan seluruh elemen masyarakat Indonesia dan
dunia, bahu membahu menangulangi bencana yang menelan ratusan ribu
korban jiwa tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan suatu
pendokumentasian, yang dapat dijadikan pelajaran bagi kita semua demi
perbaikan upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana yang datang. Harapan
tersebut terungkap dalam pidato Menteri Kesehatan yang disampaikan oleh
Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan Dr. Sjafii Ahmad, MPH pada
pembukaan Konferensi Aspek Kesehatan pada bencana Tsunami di Indonesia,
pada tanggal 26 Juli 2005 di Hotel Novotel Soetchi, Medan. “Oleh karena
itu apa yang telah kita lakukan perlu didokumentasikan, baik itu
kesulitan maupun keberhasilan, yang tentunya sangat berguna sebagai
Lesson Learnt dalam upaya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana”, kata
Menkes.
Dalam pembukaan tersebut juga
disampaikan upaya yang telah dilakukan Departemen Kesehatan pasca
bencana, mulai dari penanganan korban massal, penyediaan pelayanan
kesehatan, hingga pengawasan kualitas air. Selain itu Depkes juga telah
membentuk tim penanggulangan masalah kesehatan akibat gempa bumi dan
Tsunami yang terdiri dari Koordinator lapangan, tenaga perencanaan dan
logistik, tenaga surveillance, serta ahli sanitasi lingkungan. Rapat
koordinasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Kesehatan juga secara
intesif telah dilakukan termasuk dengan menempatkan eselon I Depkes di
Banda Aceh dan Medan
Menkes juga mengharapkan agar hasil konferensi ini, dapat berguna
sebagai evidence baseduntuk bahan perbaikan kesiapsiagaan bencana,
mengingat forum ini sangat strategis dan penting agar hal-hal yang
berkaitan dengan bencana dapat lebih dilakukan dengan pendekatan
kemitraan dan pasti. Konferensi yang terbagi dalam 4 kelompok diskusi,
yaitu Kesehatan Masyarakat, Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan, Pelayanan Medik dan Aspek Manajemen Operasional, akan
berakhir pada hari Kamis 27 Juli 2005.
Konferensi Tsunami Sebagai Lesson Learnt dalam Kesiapsiagaan Bencana
355