Pada tanggal 1 Januari 2009, Pemerintah Republik Indonesia mengirimkan Tim Bantuan Kemanusiaan sebanyak 15 orang yang bertujuan untuk melakukan assessment awal di Jalur Gaza Palestina, dan membawa bantuan untuk disumbangkan kepada korban agresi.
PENDAHULUAN
Sejak tanggal 27 Desember 2008 hingga saat ini, terjadi agresi militer oleh Negara Israel ke wilayah Jalur Gaza Palestina. Kejadian tersebut menyebabkan terjadinya korban manusia, kerusakan pada fasilitas umum, rumah dan gedung-gedung serta permasalahan kesehatan di Jalur Gaza Palestina.
Pada tanggal 1 Januari 2009, Pemerintah Republik Indonesia mengirimkan Tim Bantuan Kemanusiaan sebanyak 15 orang yang bertujuan untuk melakukan assessment awal di Jalur Gaza Palestina, dan membawa bantuan untuk disumbangkan kepada korban agresi.
Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia diketuai oleh dr Rustam S. Pakaya, MPH dari Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan. Anggota tim tersebut terdiri dari Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan (2 orang), Departemen Luar Negeri (1 orang), LKBN Antara (1 orang), Muhammadiyah (1 orang), Bulan Sabit Merah Indonesia (2 orang), Mer-C (2 orang), TVRI (1 orang), Metro TV (1 orang), TV-One (2 orang), Anteve (1 orang) dan Trans TV (1 orang).
AGENDA PERJALANAN TIM KEMANUSIAAN
Pada tanggal 1 Januari 2009 Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia dilepas oleh Menteri Kesehatan berangkat menuju Amman, Yordania
Tanggal 2 Januari 2009 Tim tersebut tiba di Amman, dan bertemu dengan Dubes PBB Urusan Pengungsi Palestia (UNPRWA) di Yordania yang dipimpin oleh Peter Ford. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan kondisi terakhir di Jalur Gaza Palestina dan kemungkinan Tim Medis Indonesia untuk masuk ke wilayah konflik guna memberikan bantuan pelayanan kesehatan.Ternyata Tim tidak dapat masuk ke jalur Gaza melalui Yordania.
Tanggal 3 Januari 2009 pagi hari Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia diterima oleh Duta Besar Palestina di Amman dan dilakukan penyerahan secara resmi bantuan 2 ton obat-obatan dan logistik serta uang tunai sebagai Bantuan Tahap I. Penandatanganan Berita Acara dilakukan oleh Dr. Rustam S. Pakaya dengan Dr. Fathie Abu Muglie (Menteri Kesehatan Palestina), selanjutnya dilakukan peninjauan ke gudang Jordan Charity (satu-satunya organisasi yang diperbolehkan masuk ke Jalur Gaza oleh fihak Israel) dengan tujuan memastikan bahwa bantuan dari Indonesia bisa diterima rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Tim berdiskusi tentang kemungkinan untuk ikut dalam truk yang akan membawa bantuan untuk meyakinkan bantuan dari Indonesia sampai pada sasaran.Tim kemudian berkunjung ke RS Militer "Queen ALIA" yang merawat 6 pasien korban agresi Israel ke Gaza. Tim diterima secara resmi oleh Direktur Rumah Sakit, Letnan Jenderal Dr. Hasan Malkawi, SpOG. Tim diberi kesempatan berdialog dengan para pasien dan Tim dokter Ortophedi RS Alia yang merawat pasien.
Berdasarkan evaluasi dan fakta yang ada pada malam itu Tim memutuskan untuk menggunakan jalan darat melalui Mesir, karena tidak dimungkinkannya melalui Yordania. Diperkirakan dapat mendirikan Rumah Sakit Lapangan di sekitar Rafa yaitu perbatasan Mesir - Palestina, untuk membantu pengungsi korban agresi.
Tanggal 4 Januari 2009 Tim melakukan perjalanan darat dari Aman ke Aqaba (+ 9 jam) menuju Kairo. Dengan menyeberangi laut merah dan laut mati, melalui pelabuhan di Kota Aqaba naik speed boat menuju pelabuhan Taba di daerah gurun Sinai. Dari Taba menempuh jalan darat selama 8 jam untuk sampai di Cairo (KBRI). Kota Aqaba berbatasan dengan kota Elats Israel.
Tanggal 5 Januari 2009 tim bertemu dengan Duta Besar Indonesia di Mesir dan mengadakan rapat dengan Kementerian Luar Negeri Mesir, dengan hasil rapat bahwa bantuan dari Indonesia dapat diantar oleh Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia sampai Rafah dan media diijinkan untuk meliput serta menyiapkan bantuan termasuk ambulans yang akan diberikan, namun Tim tidak diperbolehkan untuk membuka pelayanan kesehatan, karena dokter Mesir banyak. Sore hari Tim Mengunjungi Achmad Nasser Institut Hospital, untuk memberikan support kepada para 35 korban dan mengakses informasi tentang bantuan apa yang dibutuhkan. Malamnya pukul 19.30 waktu setempat bertemu dengan Ketua Palestina Red Cressent (PRC) Dr. Younis Al-Khatib yang datang dari Gaza menemui Tim Delri di Cairo sekaligus melihat 6 korban Gaza di Palestina Hospital didampingi Waka PRC Thares Arafat (Keponakan Alm. Yasser Arafat). PRC sepakat akan menerima langsung bantuan RI di Rafah Border.
Tanggal 6 dan 7 Januari 2009 Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia mempersiapkan bantuan yang akan dibawa ke Rafah. Pembelian obat, medical supply sebanyak 1,5 ton dan 4 kendaraan Ambulan.
Tanggal 8 Januari 2009 Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia berangkat menuju Rafah. Perjalanan menuju Rafah ditempuh dalam waktu 8 jam, dan pada pukul 00.40 WIB atau 19.40 waktu setempat, Bantuan Kemanusiaan dari Indonesia Tahap 2 diserahkan ke Pejabat Red Cross Palestina di Rafah, rincian bantuan adalah sebagai berikut: Pemerintah RI: 1 unit ambulans, obat-obatan dan alat kesehatan emergency, BSMI : 1 unit ambulans, obat-obatan dan alat kesehatan emergency, Mer-C : 2 unit ambulans, obat-obatan dan alat kesehatan emergency (Pemerintah RI Rp.700 juta, Mer-C Rp. 900 juta dan BSMI Rp. 500 juta).
Tanggal 9 Januari 2009 Tim Bantuan Kemanusiaan Indonesia selesai menjalankan tugas dan kembali ke Indonesia
KESIMPULAN
Tim Kemanusian Indonesia telah menyelesaikan tugas menyampaikan langsung bantuan untuk Rakyat Palestina. Rencana tindak lanjut adalah:
1. Kantor KBRI di Cairo membuka POSKO untuk bantuan kemanusian bagi Rakyat Palestina.
2. Proses negosiasi terus diupayakan agar tim medis Indonesia bisa memberikan pelayanan dengan membuka RS Emergency di Kota El Arish atau masuk ke Jalur Gaza membantu pelayanan kesehatan di RS Asyifa.
3. PPK Depkes dan Dit. Urusan Timur Tengah akan memfasilitasi dan membantu bagi Tim Kemanusian tahap 2 yang akan berangkat ke Cairo.
4. Tim medis yang akan berangkat ke Cairo sebagai Tim Bantuan kemanusian tahap II.