Latar Belakang Pedoman PKK AB

1,591

Latar Belakang Pedoman PKK AB

 

Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan politik.

 

 

 
 
 
 
 
 
LATAR BELAKANG 
 
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut: 
 
1.  Secara geografis merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia serta lempeng samudera Hindia dan samudera Pasifik. 
2.  Terdapat 130 gunung api aktif di Indonesia yang terbagi dalam Tipe A, Tipe B, dan Tipe C. Gunung api yang pernah meletus sekurang-kurangnya satu kali sesudah  tahun 1600 dan masih aktif digolongkan sebagai gunung api tipe A, tipe B adalah gunung api 
yang masih aktif tetapi belum pernah meletus dan tipe C adalah gunung api yang masih diindikasikan sebagai gunung api aktif. 
3.  Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil yang 30% di antaranya melewati kawasan padat penduduk dan berpotensi terjadinya banjir, banjir bandang dan tanah longsor pada saat musim penghujan. 
 
Beberapa kejadian bencana besar di Indonesia antara lain: 
 
1.  Gempa bumi dan tsunami yang terbesar terjadi pada akhir tahun 2004 yang melanda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan sebagian Provinsi Sumatera Utara telah menelan korban yang sangat besar yaitu 120.000 orang meninggal, 93.088 orang hilang, 4.632 orang luka-luka. 
 
2.  Gempa bumi Nias, Sumatera Utara terjadi pada awal tahun 2005 mengakibatkan 128 orang meninggal, 25 orang hilang dan 1.987 orang luka-luka.  
 
3.  Gempa bumi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah terjadi tanggal 27 Mei 2006 mengakibatkan 5.778 orang meninggal, 26.013 orang luka di rawat inap dan 125.195 orang rawat jalan. 
 
4.  Gempa bumi dan tsunami terjadi pada tanggal 17 Juli 2006 di pantai Selatan Jawa (Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Banjar, Cilacap, Kebumen, Gunung Kidul dan Tulung Agung) telah menelan korban meninggal dunia 684 orang, korban hilang sebanyak 82 orang dan korban dirawat inap sebanyak 477 orang dari 11.021 orang yang luka-luka. 
 
5.  Tanah longsor sampai pertengahan tahun 2006 terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali dan Papua dengan jumlah korban 135 orang meninggal dunia. 
 
6.  Banjir bandang  seperti yang terjadi secara beruntun pada pertengahan tahun 2006 di Kab. Sinjai  (Sulsel), banjir di Kab. Bolaang Mongondow  (Sulut), Kota  Gorontalo (Gorontalo)  Kab. Tanah Bumbu dan Banjar  (Kalsel), Kab. Katingan (Kalteng). 
 
7.  Gunung Merapi di Jawa Tengah sepanjang tahun 2006 menunjukkan peningkatan aktivitas yang mengakibatkan 4 orang meninggal, 5.674 orang pengungsian dengan permasalahan kesehatannya.  
 
8.  Sejak awal tahun 1999 telah terjadi konflik vertikal dan konflik horizontal di Indonesia yang ditandai dengan timbullnya kerusuhan sosial, misalnya di Sampit, Sambas Kalimantan Barat, Maluku, Aceh, Poso, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Papua dan berbagai daerah lainnya yang berdampak pada terjadinya pengungsian penduduk secara besar-besaran.  
 
9. Ledakan bom Bali I dan II serta ledakan bom di wilayah Jakarta  mengakibatkan permasalahan kesehatan yang juga berdampak kepada aspek sosial, politik, ekonomi, 
hukum dan budaya di Indonesia. 
 
10.Kegagalan teknologi seperti kasus Petro Widada Gresik.  
 
11.Semburan lumpur panas Sidoarjo Jawa Timur. 
 
Semua kejadian tersebut di atas menimbulkan krisis kesehatan antara lain lumpuhnya pelayanan kesehatan, korban mati, korban luka, pengungsi, masalah gizi, masalah 
ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, penyakit menular dan stres/gangguan kejiwaan. 
 
Permasalahan yang dihadapi dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana, antara lain: 
 
1.  Sistem informasi yang belum berjalan dengan baik  
2.  Mekanisme koordinasi belum berfungsi dengan baik 
3.  Mobilisasi bantuan dari luar lokasi bencana  masih terhambat akibat masalah transportasi 
4.  Sistem pembiayaan belum mendukung 
5.  Sistem kewaspadaan dini belum berjalan dengan baik 
6.  Keterbatasan logistik 
 
Dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana, banyak bantuan kesehatan dari LSM/NGO lokal mapun internasional yang terlibat secara aktif  dalam penanganan bencana  di Indonesia. Oleh karena itu perlu adanya  standar bagi petugas kesehatan di Indonesia, LSM/NGO nasional maupun internasional, lembaga donor dan masyarakat yang bekerja atau berkaitan dalam penanganan krisis kesehatan akibat bencana.