Kementerian Kesehatan melalui Kepala Pusat Krisis Kesehatan dr. Budi Sylvana, MARS menyampaikan dalam konferensi pers Selasa (19/1) di Sulbar. Semua penanganan pasien korban terdampak gempa di Mamuju ataupun di Majene tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk dapat menekan laju pertambahan kasus COVID-19 di Sulbar.
Pengaktifasian klaster kesehatan sudah dilakukan sejak tanggal 16 Januari lalu. Pelayanan kesehatan di lokasi gempa pada saat pandemi saat ini memerlukan penanganan ekstra. Kemenkes saat ini telah mendatangkan beberapa tim dari dari Jakarta maupun Tim BTKL Makassar yang telah siap untuk melakukan proses tracing di titik pengungsian guna menekan potensi penularan COVID-19.
Subklaster Pelayanan Kesehatan saat ini telah membagi alur dalam menangani pasien non COVID-19 dan pasien COVID-19. Pasien non COVID-19 akan dirawat di KRI Soeharso yang telah bersandar sejak kemarin dan dapat segera memberikan pelayanan kesehatan. Sedangkan pasien COVID-19 akan ditangani di RS Regional Sulawesi Barat.
Saat ini RS di Kabupaten Mamuju yang dapat beroperasi hanya RS Regional Sulawesi Barat dan RS Bhayangkara. Selain memberikan pelayanan di RS untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan di pengungsian tim EMT (Emergency Medical Team) melakukan penyisiran pasien patah tulang maupun kondisi berat. Operasi darurat telah dilakukan sebanyak 16 kasus dan 2 persalinan di RS Regional Sulawesi Barat. Tak hanya EMT, mobilisasi bidan juga dilakukan untuk menyisir ibu hamil dan melahirkan yang diatur oleh Subklaster Kesehatan Reproduksi.
Pelayanan kesehatan di Puskesmas pun sudah berjalan sejak tanggal 19 Januari kemarin setelah sebelumnya lumpuh total. Diharapkan kembali pulihnya pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas ini dapat meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan korban gempa di Sulbar.
Korban gempa Sulbar juga menjadi perhatian Kemenkes, SubKlaster Gizi telah memberikan PMT (pemberian makanan Tambahan) kepada anak dan ibu hamil serta memonitor pengelolaan dapur umum agar asupan kebutuhan pengungsi dapat terjaga.
Berdasarkan data pertanggal 19 Januari yang dirilis BNPB saat ini korban meninggal telah mencapai 90 orang, 404 lebih mengalami luka berat dan 1.178 mengalami luka ringan. Tak kurang 9.905 orang mengungsi dan 20 ribu lebih orang terdampak gempa yang mengguncang Sulawesi Barat.
BMKG mencatat total gempa sejak gempa pembuka sebanyak 41 kali dan 5 kali dirasakan sejak gempa M 6,2 pada 15 Januari lalu. Masyarakat diminta tetap waspada dan menghindari bangunan yang rentan roboh. Selalu menerapkan 3M memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan dengan sabun.
Sumber : Laporan Infografis Pusat Krisis Kesehatan, BNPB dan BMKG