Perkembangan Akibat Letusan G. Merapi Tanggal 12 November 2010

442

Perkembangan Akibat Letusan G. Merapi Tanggal 12 November 2010

Perkembangan Permasalahan kesehatan akibat meletusnya Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DI Yogyakarta hingga pada tanggal 12 November 2010:

Perkembangan Permasalahan kesehatan akibat meletusnya Gunung Merapi di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DI Yogyakarta hingga pada tanggal 12 November 2010:

Pada tanggal 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB Gunung Merapi meletus, yang terletak di 4 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman di Provinsi DI Yogyakarta.

Pada tanggal 5 November 2010 pukul 01.00 - 06.00 terjadi erupsi lanjutan yang sangat besar dengan radius luncuran awan panas semakin jauh sehingga menimbulkan korban meninggal dan luka-luka.

Hingga tanggal 11 November 2010 pukul 00.00 - 24.00 WIB Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi masih tinggi. Dengan kondisi tersebut, maka status aktivitas Gunung Merapi masih tetap pada tingkat Awas (level 4) dengan ancaman bahaya berupa awan panas dan lahar. *)

Total korban meninggal dunia sebanyak 223 orang (Prov. DI Yogyakarta 173 orang dan Prov. Jawa Tengah 50 orang) à Kab. Sleman 173 orang, Kab. Magelang 23 orang, Kab. Boyolali 6 orang dan Kab. Klaten 21 orang. *) Total korban rawat inap 2.090 orang, yang masih dirawat s/d tanggal 12 November 2010 sebanyak 484 orang. Bencana ini menyebabkan kerusakan pada sarana kesehatan yaitu 1 unit Rumah Sakit di Kabupaten Magelang.

Jumlah kunjungan di Pos Kesehatan dari tanggal 26 Oktober 2010 hingga 10 November 2010 sebanyak 22.713 orang (Prov. DIY 14.529 dan Prov. Jateng 8.184). Penyakit ISPA merupakan penyakit terbanyak.

Berdasarkan hasil pemantauan dari Direktorat Bina Keswa Kementerian Kesehatan dan RSJ Magelang menyatakan bahwa pada umumnya pengungsi dewasa terlihat kelelahan, tampak tidak ada gairah serta merasa jenuh karena tidak bisa melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya. Begitu pula dengan pengungsi anak-anak, terlihat jenuh, merasa tak sebebas dengan biasanya, merasa tak nyaman. Dari hasil rapid diagnostik di 15 TPS pada tanggal 1 - 10 November 2010, dari 7.223 orang terdapat kasus jiwa sebanyak 278 orang (3,85%). Kasus tertinggi yaitu PTSD sebesar 1,02% dan Mix Ansietas Depresi sebesar 0,18.

Berdasarkan hasil pengukuran antropometri oleh Dir. Bina Gizi pada ibu hamil dan anak balita dengan LiLA menunjukkan terdapat 2 ibu hamil (12,5%) termasuk kategori risiko KEK dengan LiLA <23,5 cm dan 1 Balita yang termasuk kategori Moderate Acute Malnutrition (MAM) atau kekurangan gizi akut tingkat sedang dengan LiLA < 12,5 cm. Selanjutnya hasil pengukuran dengan indeks BB/TB, TB/U dan BB/U menunjukkan 20,5% Balita termasuk gizi kurang, 37,7% balita pendek dan 13% Balita kurus. *)

Total pengungsian di Prov. Jawa Tengah dan Prov. DI Yogyakarta sebanyak 494.235 orang, dengan rincian sbb : *)

LOKASI

PENGUNGSI

PROVINSI JAWA TENGAH

1. Kab. Magelang

87.513

2. Kab. Klaten

107.079

3. Kab. Boyolali

51.756

4. Kota Magelang

3.749

5. Kab. Wonosobo

116

6. Kab. Kendal

85

7. Kab. Purworejo

300

Total

357.677

DIY

1. Kab. Sleman

110.725

2. Kab. Bantul

9.651

3. Kab. Gunung Kidul

10.478

4. Kota Yogyakarta

2.922

5. Kab. Kulonprogo

2.782

Total

136.558

JUMLAH TOTAL

494.235

Upaya yang telah dilakukan, yaitu:

  1. Mendirikan Pos Kesehatan sebanyak 434 pos dengan rincian 80 pos di Provinsi DIY dan 354 pos di Provinsi Jawa Tengah. (Kab. Magelang 212 pos, Kab Boyolali 104 pos, Kab. Klaten 14 pos, Kota Magelang 20 pos, Kab. Wonosobo 2 pos, Kab. Purworejo 1 pos dan Kab. Kendal 1 pos).
  2. Memberikan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan
  3. Melakukan upaya kesehatan reproduksi.
  4. Surveilans Penyakit Potensial KLB (ISPA, Diare, Campak dll). *)
  5. Telah dilakukan pertemuan dengan seluruh Dinas Kesehatan dan RS, baik di Jawa Tengah maupun DIY yang menangani korban bencana merapi untuk membahas berbagai hal terkait pelayanan korban serta membahas proses klaim akibat bencana Merapi. *)
  6. Melakukan rapat koordinasi setiap hari : *)
  7. Rakor Kluster Kesehatan Jateng DIY : Jam 13.30 s/d jam 15.30
  8. Rakor di BNPB : jam 16.00 s/d jam 18.00
  9. Melakukan pemantauan ke Tempat Penampungan Akhir (TPA) untuk mengetahui kecukupan tenaga kesehatan, logistik, serta permasalahan lain yang berkembang selama bencana gunung merapi. *)
  10. Mendistribusikan berbagai bantuan, baik tenaga kesehatan maupun logistik ke seluruh daerah bencana, melalui Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota setempat.
  11. Telah dibentuk Posko Utama Kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta, Alamat : Jln. Tompeyan TR III 201. Telp. (0274) 563135.
  12. Telah dibentuk Posko Jateng (Bakorwil Kota Magelang), Alamat : Jln. Diponegoro No. 1. Kota Magelang.
  13. Telah ditunjuk koordinator Tim Penanggulangan Kesehatan Akibat (dr. Krishnajaya, MS, Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi).
  14. Mendirikan 3 RS. Lapangan di Kab. Magelang (2 dari TNI dan 1 dari RS. Margono).
  15. Melakukan identifikasi korban yang meninggal bekerja sama dengan TIM DVI.
  16. Melakukan pelayanan kesehatan jiwa oleh Psikolog dan Psikiater di lokasi-lokasi pengungsian dengan jumlah pasien dari tanggal 27 Oktober 2010 hingga 5 November 2010 sebanyak 17 orang (6 orang rawat inap dengan diagnosis Psikosis Eksaserbasi, 1 orang dirujuk ke RSJ Magelang, dan 10 orang belum ada diagnosisnya). Dan pada tanggal 6 November 2010 terdapat 14 pasien dengan diagnosis 13 orang gangguan cemas dan 1 orang gangguan depresi, semuanya termasuk ke dalam rawat jalan.
  17. Kementerian Kesehatan melakukan penyaluran bantuan dari Trans Corporation berupa 15 unit Syringe pump, 15 unit infusion pump dan 100 buah spoit serta selangnya yang telah dimanfaatkan oleh pasien luka bakar yang di RS. Sardjito.
  18. Kementerian Kesehatan melakukan rapat koordinasi lintas program yang dipimpin oleh Sekertaris Jendral setiap 2 hari sekali untuk membahas permasalahan kesehatan dan upaya penanggulangan bencana yang harus dilakukan.
  19. Kementerian Kesehatan mengirimkan bantuan logistik berupa :
  • Masker habis pakai sebanyak 428.000 pcs dan masker kain 10 boks.
  • MP ASI sebanyak 16 ton.
  • Alat Kesehatan dan Obat-obatan untuk RSUP Dr. SardjitoBiaya Operasional Rp. 500 juta.

20. Dir. Bina Yanmedik Spesialistik Kemenkes telah melakukan kegiatan sebagai berikut :*)

  • Berkoordinasi dengan Dirut RSUP Sardjito dan menyepakati mengenai penanganan korban luka bakar serta sistem pengambilan data korban yang dirawat dirumah sakit di mana RS yang merawat akan melapor ke RSUP Sardjito untuk kemudian diteruskan ke Dinkes Provinsi. Mengenai pembiayaan terhadap pasien yang dirawat di RS baik Rawat Jalan dan Rawat Inap dapat diklaim ke Kemenkes.
  • Dalam rapat koordinasi di Dinkes Prov DI Yogyakarta dinyatakan bahwa klaimuntuk penangan korban bencana Merapi pada Kemenkes RIdimasukkan mulai tanggal 12 November untuk diverifikasi. Biaya yang diklaim adalah korban/pasien yang tidak tercakup Jamkesmas/Jamkesda/Jamkesos sedangkan obat-obatan yang sifatnya bantuan tidak dimasukkan dalam klaim

21. Dir. Bina Gizi Masyarakat Kemenkes telah melakukan upaya pelayanan gizi yaitu : *)

  • Melakukan pemantauan logistik MP-ASI serta memobilisasi 85,5 ton MP-ASI ke Provinsi DI Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Posko Utama Pakem di Sleman, Posko GOR Maguwoharjo dan Posko Youth Center. *)
  • Mengirimkan konselor ASI sebanyak 8 orang ke 4 titik pengungsian ( lembugrejo, sumber rejo, catur harjo, rusmanda) *)
  • Memantau bantuan susu formula, konseling menyusui serta penyuluhan massal di 11 Pos Pengungsi dengan materi ASI, PHBS dan Kesling.
  • Skrining status gizi Balita dan Ibu Hamil melalui pengukuran antropometri. Hasil pengukuran antropometri pada ibu hamil dan anak balita dengan LiLA menunjukkan terdapat 2 ibu hamil (12,5%) termasuk kategori risiko KEK dengan LiLA <23,5 cm dan 1 Balita yang termasuk kategori Moderate Acute Malnutrition (MAM) atau kekurangan gizi akut tingkat sedang dengan LiLA < 12,5 cm. Selanjutnya hasil pengukuran dengan indeks BB/TB, TB/U dan BB/U menunjukkan 20,5% Balita termasuk gizi kurang, 37,7% balita pendek dan 13% Balita kurus.

22. Badan PPSDM *)

  • Menyiapkan tenaga Poltekkes untuk dimobilisasi, dengan rincian sbb: Poltekkes Surakarta untuk wilayah Klaten dan Boyolali; Poltekkes Yogyakarta untuk wilayah Yogyakarta; Poltekkes Semarang untuk wilayah Kabutan dan Kota Magelang, ketiga Poltekkes tersebut akan bergabung dengan Tim Surveilans dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng & DIY, Tim Kem Kes dan Tim UGM yang dipimpin Prof Laksono.Menyiapkan tenaga D4 sebagai konselor jiwa di TPS yang selanjutnya akan bergabung dengan Tim Direktorat Kesehatan Jiwa.

23. Badan Litbangkes *)

  • Tim Litbang bersama BBTKL sedang menganalisis dampak debu vulkanis terhadap kesehatan.
Mobilisasi tenaga kesehatan dengan rincian sebagai berikut :







No

Jenis Tenaga

Kab.Magelang

Kab. Klaten

Kab. Boyolali

Kab. Sleman

Dinkes Kab. Magelang

Bantuan Luar

1

Dokter Spesialis

1

24

0

39

4

2

Dokter Umum

63

96

61

118

72

3

Dokter Gigi

33

3

0

0

33

4

Perawat

148

314

183

230

177

5

Bidan

178

29

346

319

169

6

Apoteker

0

3

3

0

32

7

Asisten Apoteker

1

0

39

12

8

Sanitarian

31

0

42

30

34

9

Gizi

31

0

35

28

39

10

Surveilans

31

35

0

0

0

11

Driver

31

0

0

0

48

12

Imunisasi

33

0

0

0

0

13

Promkes

32

0

0

0

0

14

Administrasi Umum

30

0

0

0

0

15

Laboran/Analis

0

17

0

0

45

16

Lain-lain

0

0

0

0

0


JUMLAH

643

521

709

776

653

Beberapa pihak lainnya terlibat dalam kegiatan pelayanan kesehatan seperti UGM, SPMAA, Empati Merapi, Hizbutaher, UMY, PPSMI, Puskesmas, Bakrie dan Dompet Duafa (mobile), Barindo dan PM, Tagana, Salvation Army, TK Khairu Ummah, MER-C, PPMI Bantul, Senat FK UI, Yakkum, Barindo dan STIKERS Ahmad Yani, DPD Golkar DIY, Rumah Zakat dan RS Atturot, Kedokteran UII dan Sinar Mas. *)

Rencana Tindak Lanjut *)

  1. Membayar klaim biaya perawatan korban letusan Gunung Merapi.
  2. Mempertimbangkan untuk mengevakuasi pasien yang di rawat di RS. Dr. Sardjito apabila zona aman mencapai radius 25 km (dipersiapkan Rumah Sakit Lapangan Kemenkes).
  3. Melakukan promosi kesehatan di lokasi pengungsi.
  4. Menjadwalkan pelaksanaan skrining status gizi balita dan ibu hamil tahap berikutnya di
  5. Dibentuk forum Rumah sakit tiap hari (sub cluster) untuk melakukan pembahasan perkembangan proses pendataan (rakor setiap 2 hari) serta akan dikembankan sistem feedback dengan sms gateway dan email.
  6. Akan dilakukan vaksinasi campak dengan 5.000 sasaran di Prov. DI Yogyakarta. Pada saat imunisasi akan diberikan hygiene kit (dari Unicef) disertai leaflet promotif-preventif.
  7. Dinkes Prov. Jawa Tengah akan melaksanakan kegiatan rehabilitasi bagi pengungsi, mendirikan trauma center (psikologi) di tiap TPS serta Object Respon Imunisasi campak di TPS.
  8. Mempersiapkan RS Lapangan Kemenkes dengan lokasi di RS Jiwa Magelang (Pertimbangan Keamanan). Berikut menyiapkan skenario tim yang akan bertugas mengisi RS Lapangan tersebut. *)
  9. Tim kesehatan dari Dinkes Prov. Sulut dan Sumsel akan datang untuk membantu pelayanan kesehatan pengungsian di wilayah DIY. *)
  10. Dit P2PL merencanakan akan melakukan Surveilans penyakit Pes di Kab. Boyolali dan penyakit Leptospirosis di Kab. Sleman. *)
  11. 5 unit kendaraan khusus PPTM dari BBTKL-PPM Surabaya, KKP Probolinggo, KKP Banten, dinkes Prov. DIY dan Dinkes kab. Sragen akan diperbantukan untuk media penyuluhan, hiburan anak-anak, dll. *)

Keterangan: *) Informasi terbaru