Perkembangan permasalahan kesehatan akibat meletusnya Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman di Provinsi D.I. Yogyakarta, berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten terkait, Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta dan PPK Regional Jawa Tengah.
Perkembangan permasalahan kesehatan akibat meletusnya Gunung Merapi yang terletak di Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di Provinsi Jawa Tengah serta Kabupaten Sleman di Provinsi D.I. Yogyakarta, berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten terkait, Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta dan PPK Regional Jawa Tengah pada tanggal 5 Desember 2010 sampai pukul 21.30 WIB sebagai berikut :
A. PENDAHULUAN
- Antara Desa Klakah dengan Jrakah terputus.
- Antara Dusun Bangunsari dengan Jrakah rusak, namun masih bisa dilewati.
- Antara Dusun Sepi dengan Dusun Bakalan rusak.
Sedangkan Di Kali Pabelan, ketinggian air mencapai jembatan Beli sehingga jalan menuju Pabelan ditutup sementara.
4. Hingga tanggal 4 Desember 2010 WIB Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melaporkan bahwa status aktivitas gunung Merapi masih sudah mulai menurun, maka status aktivitas gunung Merapi ditetapkan pada tingkat SIAGA (level 3). Ancaman bahaya langsung berupa awan panas dalam skala kecil dan ancaman tidak langusng berupa lahar.
B. PERMASALAHAN KESEHATAN
1. Total korban meninggal sebanyak : 370 orang (Luka Bakar : 197 orang dan Non luka bakar : 173 orang). *)
2. Jumlah korban yang dirawat inap/luka berat kumulatif sebanyak 3.095 orang (Luka Bakar : 274 orang dan Non Luka Bakar : 2.821 orang). Korban yang masih menjalani rawat inap sebanyak 178 orang.*)
3. Jumlah korban luka ringan/dirawat jalan kumulatif sebanyak 61.229 orang, dengan rincian : *)
No |
Provinsi |
Rawat Jalan |
Jumlah |
|
Rumah Sakit |
Pos Kesehatan |
|||
1 |
DI Yogyakarta |
2.312 |
47.765 |
50.077 |
2 |
Jawa Tengah |
1.526 |
9.626 |
11.152 |
Jumlah |
3.838 |
57.391 |
61.229 |
4. Saat ini jumlah pengungsi 47.486 jiwa yang tersebar di 299 titik pengungsian dengan rincian : *)
No |
Lokasi Pengungsian |
Pengungsi |
Jumlah Titik |
Prov. DIY |
|
|
|
1 |
Kabupaten Sleman |
27.127 |
151 |
2 |
Kabupaten Kulon Progo |
1.574 |
11 |
3 |
Kabupaten Bantul |
1.961 |
15 |
4 |
Kabupaten Gunung Kidul |
2.309 |
17 |
5 |
Kota Yogyakarta |
1.142 |
39 |
Sub Total Prov. DIY |
34.113 |
233 |
|
Prov. Jawa Tengah |
|
|
|
1 |
Kabupaten Magelang |
8.971 |
46 |
2 |
Kabupaten Boyolali |
34 |
4 |
3 |
Kabupaten Klaten |
3.909 |
6 |
4 |
Kota Magelang |
28 |
3 |
5 |
Kab. Temanggung |
359 |
4 |
6 |
Kab. Semarang |
72 |
3 |
Sub Total Prov. Jawa Tengah |
13.373 |
66 |
|
Jumlah |
47.486 |
299 |
5. Sarana kesehatan yang rusak sebanyak 65 unit (Prov. DIY : 17 unit dan Prov. Jateng : 48 unit), terdiri dari 23 Pustu, 31 Poskesdes, 8 Puskesmas, 2 Rumah Dinas dan 1 RS.
6 Kondisi kesehatan Jiwa para pengungsi berdasarkan hasil pemantauan dari Dit. Bina Yankeswa dan RSJ Magelang menyatakan bahwa pada umumnya pengungsi dewasa terlihat kelelahan, tampak tidak ada gairah serta merasa jenuh karena tidak bisa melakukan pekerjaannya sebagaimana biasanya. Begitu pula dengan pengungsi anak-anak, terlihat jenuh, merasa tak sebebas dengan biasanya, merasa tak nyaman. Dari hasil rapid diagnostik oleh RSU Sardjito, RS Grhasia, RSJ Magelang dan RSJ Klaten, didapatkan kasus jiwa sebanyak 487 jiwa (DIY : 383 orang dan Jateng : 104 orang). Gambaran penyakitnya sebagai berikut :
7. Status gizi balita dan ibu hamil berdasarkan pemeriksaan Dit. Bina Gizi Masyakarat, Dinkes Prov. DI Yogyakarta dan Tim S1 Gizi UGM di 5 Pos pengungsian memberikan hasil sebagai berikut :
- Terdapat 1 balita gizi kurang dari 145 balita (0,7%).
- Terdapat 2 ibu hamil KEK dari 16 ibu hamil (12,5%)
8. Kesehatan Lingkungan berdasarkan hasil pantauan Tim KLB BBTKL PPM Yogyakarta dibantu BBTKL PPM Surabaya, yaitu sebagai berikut :
- Hasil pantauan kualitas air bersih di tempat pengungsian di Kab. Sleman, Kab. Kulonprogo, Kab. Bantul dan Kota Yogyakarta pada tanggal 29 Oktober s.d. 21 November 2010 :
a) Secara fisik kimia sebanyak 17 sampel atau 39,53% dari 43 sampel yang memenuhi syarat.
b) Secara bakteriologis sebanyak 7 sampel atau 17,95% dari 39 sampel yang memenuhi syarat.
- Hasil pantauan kualitas udara (ambien dan ruangan) tanggal 25 Oktober - 17 November :
a) Kadar PM10 masih tinggi (melebihi baku mutu) di Kab.Magelang (di daerah Candi Borobudur dan Muntilan) dan Kab. Sleman (Puskesmas Cangkringan).
b) Kadar TSP masih tinggi yaitu sampel udara yang diambil di Kab. Magelang (Candi Borobudur dan Muntilan) serta Kab. Sleman (Kec. Cangkringan, Ngaglik dan Turi).
c) Kondisi kelembaban dan pencahayaan di ruangan barak pengungsi kondusif terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Dikhawatirkan terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme, terutama mikroorganisme pathogen.
C. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN
1. Operasional Posko Kesehatan
- Posko Kementerian Kesehatan
Ruang Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta
Alamat : Jln. Tompeyan TR III 201
Dr. Krisnajaya, MS (Staf Ahli Menteri Kesehatan Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi) sebagai Koordinator Tim Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Letusan Gunung Merapi berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. HK.03.01/IX/SK/1514/2010
- Posko Utama Kesehatan
Dinas Kesehatan Provinsi DI Yogyakarta
Alamat : Jln. Tompeyan TR III 201. Telp. (0274) 563135
- Posko Jateng (Bakorwil Kota Magelang)
Alamat : Jln. Diponegoro No. 1. Kota Magelang.
Contact Person : Dr. Djoko Mardiyanto, M. Kes (081542143980).
2. Melakukan rapat koordinasi :
a. Rakor Kluster Kesehatan Jateng DIY di Dinkes Provinsi DI Yogyakarta : setiap hari pukul 14.00 s/d jam 15.30.
b. Rakor di Posko BNPB di Yogyakarta : setiap hari jam 16.00 s/d jam 18.00
c. Rakor Lintas Program di Kementerian Kesehatan program yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal setiap 2 hari sekali untuk membahas permasalahan kesehatan dan upaya penanggulangan bencana yang harus dilakukan.
3. Pelayanan kesehatan
a. Memberikan pelayanan kesehatan di 102 Pos Kesehatan (19 di Prov. DI Yogyakarta dan 82 di Prov. Jawa Tengah), 34 Rumah Sakit (22 DIY dan 12 Jateng) serta 4 Puskesmas Rawat Inap.
b. Melakukan pelayanan kesehatan secara mobile di Hunian Sementera.
c. Melakukan upaya kesehatan reproduksi.
d. Jumlah kelompok rentan yaitu sebanyak 17.755 orang dengan rincian :
No |
Kabupaten/kota |
Bayi |
Balita |
Ibu Hamil |
Ibu Menyusui |
Lansia |
Jumlah |
1 |
Kab. Sleman |
753 |
2.256 |
107 |
|
3.787 |
6.903 |
2 |
Kab. Klaten |
7 |
135 |
6 |
19 |
261 |
428 |
3 |
Kab. Magelang |
691 |
3.901 |
345 |
|
5.198 |
10.135 |
4 |
Kab. Boyolali |
|
146 |
14 |
|
129 |
289 |
Jumlah |
1.451 |
6.438 |
472 |
19 |
9.375 |
17.755 |
4. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan *)
a. Penyemprotan insektisida dan desinfeksi bangkai ternak tanggal 29 November 2010 s/d 08 Desember 2010. Lokasi penyemprotan adalah: Dusun Petung, Dusun Jambu, Dusun Kopeng, Dusun Pager Jurang, Dusun Kali Tengah, Dusun Cakran, dan Argo Mulyo. Pelaksana kegiatan adalah BBTKL PPM bekerja sama dengan Dinas Peternakan Kab.Sleman serta KKP Semarang, KKP Cirebon, KKP Tanjung Priok, dan KKP Cilacap.
b. Desinfeksi sumur di Desa Donokerto Kecamatan Turi pada tanggal 30 November 2010. Jumlah sumur yang di desinfeksi adalah sumur gravitasi sebanyak 24 sumur.
c. Sosialisasi pelaksanaan crass program campak di Provinsi DIY tanggal 27 November 2010. Untuk Provinsi Jateng pada tanggal 29 November 2010. Pelaksanaan Crass Program Campak akan direncanakan serentak pada tanggal 01 Desember 2010.
5. Pelayanan Kesehatan Jiwa
a. Dit. Bina Yankeswa bekerja sama dengan RSJ Magelang, Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI dengan BNPB sebagai penyandang dana, telah menyelenggarakan pelatihan Psychology First Aid yaitu pada tanggal 18-20 November 2010 di Yogyakarta dan Klaten.
b. Melakukan koordinasi dengan RSJ Prof. Dr. Soeroyo, Magelang, RSJ Dr. Soejarwadi, Klaten, RSJ Amino Gondohutomo, Semarang, RSJ Surakarta, Solo, RSJ Grhasia, DIY, Ikatan Psikolog Klinis (IPK), HIMPSI, Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), Perhimpunan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
c. Melakukan penjaringan kasus melalui Poli Umum, kegiatan kelompok dan wawancara langsung. Kasus langsung di terapi atau dirujuk ke RSJ.
d. Membentuk trauma center di Pos Pengungsian yang dikelola oleh psikolog.
e. Melakukan promosi dan edukasi mengenai kesehatan jiwa, relaksasi kelompok dan berbagai aktivitas bermain anak.
f. Telah menyiapkan dan melatih 200 perawat (50 perawat masing-masing di Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali) untuk melakukan pelayanan kesehatan jiwa pada para korban baik di tempat pengungsian maupun di rumah. Kunjungan tersebut dilakukan oleh masing-masing perawat dengan didampingi oleh psikiater sebanyak 20 kali dalam jangka waktu sebulan. Direncanakan setelah selesai tugas 1 bulan kunjungan akan diteruskan pada bulan ke dua dengan melibatkan Puskesmas yang berada di wilayah para korban bencana. Selanjutnya akan di buat jadwal dan sosialisasi program tersebut.
6. Pelayanan Gizi Darurat
a. Dit. Bina Kesehatan Gizi Masyarakat telah melakukan upaya pelayanan gizi yaitu :
1) Melakukan pemantauan logistik MP-ASI serta memobilisasi 109 ton MP-ASI ke Provinsi DI Yogyakarta, Kab. Sleman, Kab. Bantul, Kab. Gunung Kidul, Kab. Magelang, Kota Magelang, Kab. Boyolali, Kab. Klaten dan Posko Utama Pakem di Sleman .
2) Mengirimkan tenaga bantuan teknis termasuk konselor menyusui untuk membantu pengawasan makanan bayi dan susu formula.
3) Skrining status gizi pada balita dan ibu hamil bekerja sama dengan Tim S1 Gizi UGM dan Dinkes Prov DI Yogyakarta di 5 pos pengungsian.
b. Dinas Kesehatan Kab. Sleman melakukan surveilens gizi dan penyakit bekerja sama dengan FETP UGM
7. Promosi Kesehatan
a. Pusat Promosi Kesehatan melakukan kegiatan sebagai berikut :
1) Melakukan need assesment :
- Berkoordinasi dengan Dinkes Prov. DI Yogyakarta, dengan hasil dibutuhkan bantuan untuk dukungan pembiayaan untuk kegiatan Talkshow TV dan TV spot di stasiun TV lokal, iklan layanan masyakarat melalui koran dan radio, poster dan leaflet untuk penanggulangan penyakit Pes dan leptospirosis.
- Berkoordinasi dengan Kepala Dinkes Kabupaten Klaten Kepala Seksi Promkes dan Koordinator Posko Bencana Merapi Kabupaten Klaten dengan hasil bahwa kesadaran masyarakat dalam memakai masker masih rendah dan bangkai ternak masih menjadi masalah di hampir seluruh Desa yang terkena dampak dari erupsi Gunung Merapi. Selain itu Dinas belum memiliki media promosi kesehatan pasca bencana. Direkomendasikan untuk melakukan penyuluhan yang lebih intensif tentang pencegahan diare dan ISPA bagi para korban Merapi.
- Meninjau ke lokasi pengungsi dengan hasil bahwa belum banyak kegiatan yang diperuntukkan untuk pengungsi usia remaja dan lansia, belum ada Media promosi kesehatan di area pengungsian serta masih kurangnya ketersediaan air bersih dan kebersihan sarana walaupun kuantitas sarana sanitasi dasar sudah memadai.
2) Menyerahkan bantuan spanduk promosi kesehatan (3 pesan pasca bencana Merapi) ke Dinkes Kab. Klaten.
3) Melakukan kegiatan penyuluhan dan sosialisasi di lokasi pengungsian tentang PHBS yaitu perilaku hidup sehat ketika berada di pengungsian serta ha-hal yang harus dilakukan setelah pulang ke rumah. Metodenya yaitu dengan ceramah, diskusi, kuis, memutar film dan spot kesehatan, memasang spanduk promosi kesehatan serta membagikan komik-komik kepada anak-anak pengungsi. Media promosi kesehatan dan alat pendukungnya yaitu 60 spanduk, 400 komik (4 judul), 80 google, 92 selimut, 80 tikar, 100 kain sarung, 56 handuk, 75 pulpen, 50 kertas gambar, 38 krayon, 8 payung dan 64 lembar bodrex.
b. Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta telah mendistribusikan media promosi kesehatan yaitu sebagai berikut :
- Leaflet pesan kesehatan pasca bencana sebanyak 2.000 lembar.
- Spanduk berisi pesan tentang gotong royong dan kegiatan bersih-bersih sebanyak 25 buah.
- Poster tentang gotong royong dan bersih-bersih
- Iklan Layanan Masyarakat berupa dialog TV bekerja sama dengan Metro TV.
- Radio spot di RRI Stasiun Yogyakarta.
- Penayangan TV spot pasca bencana di Metro TV dan TV One bekerja sama dengan media grup.
8. Mobilisasi Tenaga Kesehatan dari Dinas Kesehatan terkait :
No |
Jenis Tenaga |
Kab.Magelang |
Kab. Klaten |
Kab. Boyolali |
Kab. Sleman |
|
Dinkes Kab. Magelang |
Bantuan Luar |
|||||
1 |
Dokter Spesialis |
1 |
24 |
0 |
39 |
4 |
2 |
Dokter Umum |
63 |
96 |
61 |
118 |
72 |
3 |
Dokter Gigi |
33 |
3 |
0 |
0 |
33 |
4 |
Perawat |
148 |
314 |
183 |
230 |
177 |
5 |
Bidan |
178 |
29 |
346 |
319 |
169 |
6 |
Apoteker |
0 |
3 |
3 |
0 |
32 |
7 |
Asisten Apoteker |
1 |
0 |
39 |
12 |
|
8 |
Sanitarian |
31 |
0 |
42 |
30 |
34 |
9 |
Gizi |
31 |
0 |
35 |
28 |
39 |
10 |
Surveilans |
31 |
35 |
0 |
0 |
0 |
11 |
Driver |
31 |
0 |
0 |
0 |
48 |
12 |
Imunisasi |
33 |
0 |
0 |
0 |
0 |
13 |
Promkes |
32 |
0 |
0 |
0 |
0 |
14 |
Administrasi Umum |
30 |
0 |
0 |
0 |
0 |
15 |
Laboran/Analis |
0 |
17 |
0 |
0 |
45 |
16 |
Lain-lain |
0 |
0 |
0 |
0 |
0 |
|
JUMLAH |
643 |
521 |
709 |
776 |
653 |
9. Mobilisasi Logistik Kesehatan dan Biaya Operasional
Ø Jumlah total biaya yang telah diberikan yaitu Rp 3.010.623.578,- dengan rincian :
- Biaya Operasional Rp. 501.250.000,-
- Penggantian klaim biaya pengobatan perawatan 31 Rumah Sakit, 7 Puskesmas dan 1 Balai Pengobatan yaitu sebesar Rp. 2.509.373.578,- .
Ø Mengirimkan bantuan logistik kesehatan (obat-obatan, alat kesehatan, bahan sanitasi dan gizi) berupa :
1) MP-ASI sebanyak 109 ton
2) Identitas : 20 Rompi dan 8 spanduk,
3) Kantong mayat sebanyak 50 buah.
4) Masker habis pakai sebanyak 428.400 pcs dan masker kain 10 boks, 200 pasang sepatu boot dan 200 buah Baju Apron.
5) Bahan Sanitasi : 7.500 Polibag, 800 botol air rahmat, 450 kg tawas, 200 liter lisol, 20 slap jamban, 110 liter insektisida, 10.000 tablet PAC, 8 ember Kaporit dan 10.000 Aquatab .
6) Alat dan perlengkapan kesehatan untuk RSUP Dr. Sardjito sebanyak 21 item.
7) Obat-obatan sebanyak 4 ton (110 item), masing-masing kabupaten diberikan 1 ton.
8) Tanggal 12 dan 13 November 2010 melakukan pengiriman bantuan logistik dan obat-obatan ke Dinkes Kab. Klaten, Dinkes Kab. Boyolali dan RSUP dr Soeradji Tirtonegoro Klaten
10. Lain-lain
Ø Melakukan identifikasi korban yang meninggal bekerja sama dengan TIM DVI.
Ø Dinas Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta telah mengikuti Pelatihan Pendataan Kerusakan Fasilitas Kesehatan yang diselenggarakan oleh BNPB.
D. MASALAH KESEHATAN SAAT INI
1. Korban yang masih dirawat inap sebanyak 178 orang dengan rincian 23 orang korban luka bakar dan 155 korban non luka bakar. *)
2. Kesehatan Lingkungan
a. Berdasarkan hasil pantauan kualitas air bersih di tempat pengungsian di Kab. Sleman, Kab. Kulonprogo didapatkan hasil bahwa secara fisik kimia dan bakteriologis, sebagian besar sampel tidak memenuhi syarat. Untuk itu perlu diwaspadai hal-hal sebagai berikut :
- Adanya Se dalam air minum dalam konsentrasi yang melebihi standar maksimal dapat member pengaruh terhadap kenaikan jumlah penyakit carries gigi pada anak-anak. Selenium (Se) merupakan racun yang diperkirakan dapat menyebabkan kanker pada hati, ginjal dan limpa (Sutrisno, 2004).
- Untuk Silika yang baku mutunya tidak diatur dalam Permenkes RI Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990 belum ditemukan referensi yang menyatakan berbahaya bagi kesehatan. Asupan Si secara oral tidak membahayakan kesehatan bahkan dalam jumlah yang tinggi, tetapi asupan Silicon secara oral akan mengganggu proses phosphorilation (terjadinya proses pengasaman protein enzim yang menyebabkan penyakit seperti kanker dan diabetes) dalam tubuh manusia (Rao, 2009).
- Tubuh manusia tidak memerlukan Cd dalam fungsi dan pertumbuhannya, karenanya Cd sangat beracun bagi manusia. Keracunan akut akan menyebabkan gejala gasterointestinal dan penyakit ginjal (Slamet, 2004).
- Senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman akan diikutkan dalam proses metabolism tubuh. (Palar, 2004).
b. Berdasarkan hasil pantauan kualitas udara (ambien dan ruangan) didapatkan hasil bahwa kadar TSP dan PM 10 masih tinggi (melebihi baku mutu) di beberapa wilayah. Selain itu kondisi kelembabah dan pencahayaan di ruangan barak pengungsi kondusif terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Untuk itu perlu diwaspadai hal-hal sebagai berikut :
- Bahaya kesehatan yang disebabkan oleh bahan pencemar udara (TSP) lebih pada iritasi pada saluran pernafasan atas.
- Dikhawatirkan terjadi peningkatan jumlah mikroorganisme dibarak pengungsian, terutama mikroorganisme pathogen.
E. RENCANA TINDAK LANJUT
1. Pasca tangggap darurat akibat bencana letusan Gunung Merapi, Kementerian Kesehatan mengupayakan :*)
a. Jaminan kesehatan masyarakat
- Telah dilakukan pendataan jumlah calon peserta Jamkesmas korban bencana letusan Gunung Merapi di Kab. Sleman, Magelang, Klaten dan Boyolali oleh Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan dan BPS setempat.
- Data tersebut berisikan nama dan alamat calon peserta Jamkesmas korban bencana letusan Gunung Merapi.
- Kepesertaan Jamkesmas ditetapkan oleh Bupati.
- Kartu kepesertaan Jamkesmas bagi korban bencana letusan Gunung Merapi berlaku selama satu tahun (2011).
b. Pelayanan kesehatan
- Pelayanan kesehatan di hunian sementara dilakukan secara mobile oleh Puskesmas Keliling.
- Pendampingan kejiwaan bagi korban bencana letusan Gunung Merapi oleh 200 orang tenaga perawat mahir jiwa yang terlatih khusus dan para ahli jiwa dan psikolog (dokter ahli) untuk pemulihan jiwa korban bencana letusan Gunung Merapi.
c. Rehabilitasi dan rekonstruksi sarana kesehatan yang rusak akibat bencana letusan Gunung Merapi.
- Pustu/Poskesdes: RR/RS 42 unit, RB/RT 12 unit.
- Puskesmas : RR/RS 7 unit, RB/RT 1 unit.
- Rumah Sakit : RR/RS 1 unit.
- Rumah Dinas : RR/RS 1 unit, RB/RT 1 unit.
d. Sumber dana
- APBN.
- APBD.
- Hibah dari donor (yang telah menyanggupi World Bank).
2. Sasaran rencana perbaikan gizi masyarakat di Prov. DI Yogyakarta terdiri dari 4.012 jiwa (91 bayi, 1.307 balita, 118 bumil, 2.496 lansia) yang terdapat di 7 Puskesmas, 15 desa, 329 Posyandu dan 14 titik pengungsian. Program dilakukan 2 periode yaitu sebagai berikut :
Prioritas Desember 2010 - Februari 2011
- Melakukan sosialisasi Pemberian Makanan Bayi dan Anak dalam keadaan darurat kepada seluruh jajaran kesehatan di Provinsi dan Kabupaten (organisasi profesi kesehatan) serta stakeholder lintas sektor di Provinsi dan Kabupaten.
- Pelatihan 40 konselor menyusui di 7 Puskesmas dan 15 desa.
- Pelatihan MP-ASI, ASI dan Pertumbuhan.
- Pemantauan status gizi.
- Menarik peredaran susu formula di titik-titik pengungsian dan selanjutnya dikumpulkan di Dinkes Kab. Sleman.
- Menyusun Standar Operating Prosedure (SOP) pengendalian dan pemanfaatan bantuan susu formula (akan dimanfaatkan untuk pembuatan MP-ASI dan makanan balita) oleh Dinkes Kab. Sleman.
- Suplementasi vitamin A untuk balita dan ibu nifas, taburia untuk balita dan bumil sesuai dengan jadual distribusi vitamin A.
- Menempatkan konselor menyusui di titik-titik pengungsian dengan tugas melakukan assessment; melakukan konseling agar ibu tetap menyusui; mengawasi peredaran susu formula; dan pendampingan penyediaan susu formula kepada balita yang harus memerlukan.
- Menempatkan tenaga gizi di setiap titik pengungsi dengan tugas melakukan pendampingan dalam penyelenggaraan dapur umum; melakukan pendampingan pelatihan kepada ibu dalam penyiapan MP-ASI lokal; melakukan surveilans gizi; dan melanjutkan kegiatan dapur balita.
Prioritas 2011 (Maret - Desember) :
- Pemantauan status gizi.
- Penyediaan tambahan makanan bayi, anak balita, ibu hamil dan lansia (MBA), tambahan untuk ransum (taburia untuk anak dan ibu hamil, MP-ASI).
- Revitalisasi Posyandu dengan kegiatan pertemuan tingkat desa, SMD, MMD; latihan kader; penyediaan Posyandu Kit; dan penyediaan bantuan operasional Posyandu.
- Penyediaan bantuan makanan bayi dan anak serta ibu hamil.
3. Kegiatan pemberantasan penyakit dan penyehatan lingkungan :
a. BBTKL-PPM Yogyakarta memberikan beberapa rekomendasi berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas udara dan air yang telah dilakukan. Rekomendasinya yaitu :
- Pemakaian master tetap dianjurkan untuk penduduk yang tinggal di daerah-daerah yang dengan kadar TSP di udara yang tinggi (diatas BMUA) seperti penduduk di Kec. Cangkringan, Pakem dan Turi.
- Diharapkan masyarakat juga melakukan upaya-upaya untuk mengurangi debu di udara misalnya dengan penyiraman lingkungan dengan air atau cara-cara lain seperti penanaman kembali tanaman yang mati/rusak seperti yang sedang digalakkan pemerintah saat ini.
- Air bersih dari sumber air yang mengandung parameter Selenium, Timbal dan Kadmium melebihi baku mutu sebaiknya hanya untuk keperluan mandi dan cuci tidak digunakan untuk memasak/minum.
- Air bersih yang ada di pengungsian jumlah coliformnya melebihi batas syarat, sebaiknya dilakukan klorinasi untuk mengurangi/mematikan Coliform atau direbus sampai mendidih sebelum digunakan untuk minum.
b. Perbaikan masalah sanitasi pengungsi yang kembali ke rumah. Sasaran prioritas adalah 28 ribu KK yang berada di daerah rawan dan sekitar Sungai Gendol. Prosedur dan strategi akan disiapkan oleh BBTKL PPM Yogyakarta.
c. Akan melakukan pemetaan wilayah dengan kerusakan fasilitas kesehatan lingkungan untuk bahan rekomendasi pemulangan penduduk ke rumah / huntara.
d. Akan menyusun prosedur pemulangan pengungsi dari aspek kesehatan lingkungan.
e. Melanjutkan pengambilan dan pemeriksaan sampel air udara dan padatan, juga di calon lokasi huntara serta pemukiman penduduk.
f. Mengingat tingginya kasus ISPA di hampir semua wilayah pengungsian, direkomendasikan untuk melakukan penelitian dan kajian terkait tingginya ISPA (terkait debu vulkanik, silika maupun kemungkinan adanya infeksi seasonal flu), inventarisasi kembali persediaan masker serta promosi kesehatan penggunaan masker.
Keterangan: *) Informasi terbaru