Situasi geografis, geologis, hidrologis, demografis, dan perubahan iklim serta degradasi lingkungan di Indonesia ikut berpengaruh pada tingginya frekuensi kejadian bencana. Selain itu, faktor demografis seperti kemiskinan dan bertambahnya jumlah penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana tersebut. Selama kurun waktu 5 tahun, antara tahun 2009-2013, terdapat 1.738 kejadian krisis kesehatanakibat bencana di Indonesia, dengan 442 kejadian banjir, 239 kejadian tanah longsor, 187 kejadian angin puting beliung, dan 137 peristiwa konflik sosial.
Pada tahun 2013 terjadi 436 kejadian krisis kesehatan. Dari jumlah total 436 kejadian, terdapat 285 kejadian akibat bencana alam,119 bencana non-alam, dan 32 kejadian bencana sosial. 5 (lima) kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana yaitu Banjir sebanyak 118 kejadian (27%), diikuti oleh Kecelakaan Transportasi 55 kejadian (13%), Keracunan 52 kejadian (12%), Tanah Longsor 47 kejadian (11%) dan Angin Puting Beliung 40 kejadian (9%).
Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, kejadian banjir masih merupakan jenis bencana penyebab krisis kesehatan yang paling sering melanda Indonesia, kemudian urutan berikutnya adalah tanah longsor. Hal ini karena wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim, yaitu panas dan hujan dengan ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun kimiawi, yang dapat menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor tersebut.Selain itu, seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi yang terjadi di banyak daerah di Indonesia.
Kejadian bencana dapat menyebabkan terjadinya krisis kesehatan, seperti jatuhnya korban massal yang menimbulkan kematian, cedera, maupun pengungsian.Selama tahun 2013 tercatat sebanyak 823 orang meninggal, 2.748 orang lukaberat/dirawat inap, 154.870 orang lukaringan/dirawatjalan, 192 orang hilangdan 312.620 orang mengungsi. Berdasarkan wilayah, provinsi yang memiliki frekuensi kejadian krisis kesehatan terbesar adalah Provinsi Jawa Barat dengan 64 kejadian dari 436 kejadian, sedangkan Provinsi dengan frekuensi kejadian paling sedikit adalah Provinsi Lampung dan Provinsi Kalimantan Utara, masing-masing 1 kali kejadian. Adapun Provinsi yang sama sekali tanpa kejadian krisis kesehatan yang terlaporkan adalah Provinsi Bengkulu.
Bencana juga dapat mengakibatkan rusaknya infrastruktur, termasuk didalamnya adalah fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Polindes, dan lain-lain. Di Tahun 2013, jumlah fasilitas kesehatan yang rusak akibat bencana yaitu sebanyak 245 unit. Jenis fasilitas kesehatan yang paling banyak terjadi kerusakan adalah Polindes/Poskesdes yaitu sejumlah 81 unit (33%).Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh bencana banjir (118 kejadian).