Indonesia dilewati oleh tiga jalur lempeng tektonik yaitu Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Hal ini tentu membuat Indonesia kerap diguncang gempa. Dalam pemantauan Pusat Krisis Kesehatan sepanjang 1 Januari-11 Februari 2021 tercatat telah terjadi 31 kejadian gempa bumi dengan magnitude M > 5.
Berdasarkan persebarannya gempa yang terjadi dalam periode tersebut didominasi tiga provinsi di Indonesia, yaitu Bengkulu, Sulawesi Utara, dan Maluku dengan masing-masing 5 kejadian. Dari 31 ada 4 gempa dengan M>6, gempa Bone Bolango Gorontalo M 6,4, gempa Majene M 6,2, gempa Kep. Talaud M 7,1 dan gempa Kep. Enggano M 6,5. Gempa bumi yang terjadi di Bone Bolango Gorontalo ini terjadi pada awal bulan Januari 2021, gempa dirasakan di Kota Gorontalo dalam II-III MMI. Kota Luwuk skala II-III MMI, Kota Manado II MMI, Bolaang Mongondow Selatan II MMI. Gempa juga dirasakan di Ternate II-III MMI, Tidore II MMI, Morowali II-III MMI, Labuha II MMI dan Boroko Bolaang Mongondow II-III MMI. Gempa di Bone Bolango Gorontalo tercatat tidak ada kerusakan berarti.
Gempa selanjutnya pada pertengahan bulan Januari 2021 di Kabupaten Majene. Gempa yang dirasakan selama 6 detik ini memporak porandakan Kabupaten Majene dan sekitarnya. Tercatat kekuatan guncangan IV - V MMI di Majene, III MMI di Palu, Sulawesi Tengah, dan II MMI di Makasar, Sulawesi Selatan. Walau gempa tidak memicu tsunami, namun kerusakan yang ditimbulkan masih dapat kita saksikan sampai saat ini. Sebanyak 107 orang meninggal dunia, ribuan orang mengalami luka dan puluhan ribu orang mengungsi karena gempa ini. Tak hanya rumah warga banyak yang rusak, 3 rumah sakit rusak parah.
Gempa ketiga masih di wilayah Pulau Sulawesi, tepatnya Kepulauan Talaud. BMKG menyebutkan gempa yang berpusat di Melonguane ini akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Filipina. Guncangan gempa bumi ini dirasakan di daerah Melonguane, Tahuna, Ondong dengan skala IV MMI. Di Manado, Bitung gempa terasa dengan skala III MMI, di Galela, Gorontalo, Morotai, Halmahera Utara, Halmahera Barat skala II-III MMI, di Bolaang Uki skala II MMI, sedangkan di Ternate, Sofifi, Halmahera Tengah gempa terasa dengan skala I-II MMI. Walaupun gempa dengan M 7,1 namun kerusakan yang ditimbulkan cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan gempa di Majene walaupun magnitudonya lebih rendah.
Gempa terakhir dalam periode pemantauan terjadi di Kepulauan Enggano, Bengkulu. Gempa mengguncang wilayah ini didahului dengan gempa M 5,2 lalu disusul dengan gempa M 6,5. Gempa dirasakan di Enggano dengan skala II-III MMI dan II MMI di Kota Bengkulu, Kepahiang. Setelah gempa tesebut tercatat 4 gempa susulan dengan skala yang lebih kecil. Dilaporkan tidak ada kerusakan dan masyarakat di Kabupaten Enggano terpantau aman.
Banyaknya frekuensi gempa ini mengharuskan pemangku kepentingan baik di pusat dan daerah menyiapkan mitigasi bencana dan terus mengedukasi masyarakat terkait penyelamatan diri saat gempa terjadi. Khusus bagi masyarakat yang berada di kawasan pantai, kewaspadaan harus lebih ekstra terutama pada gempa besar yang berpotensi menimbulkan tsunami.
Sumber : Laporan Pemantauan Pusat Krisis Kesehatan, BMKG.