Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), akan memberikan bantuan kepada Indonesia dalam mcngatasi masalah kesehatan akibat bencana gempa bumi dan tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara (Sumut). Bantuan yang akan diberikan dalam waktu dekat berupa sanitasi lingkungan ( water supply, clean water and safe water (sanitation). Sedangkan untuk jangka panjang, WHO akan membantu rehabilitasi Puskesmas dan rumah sakit termasuk dengan peralatannya.
Demikian penegasan Menkes DR. Dr. Siti Fadilah Supari, SpJP (K), kepada beberapa wartawan usai menerima kunjungan Dirjen WHO Dr. LEE Jong.wook di Kantor Depkes Jakarta tanggal 4 Januari 2005.
Selama kunjungannya di Indonesia Dirjen WHO Dr. LEE Joong-wook bersama Direktur Eksekutif UNICEF Carol Bellamy akan mengunjungi korban gempa bumi dan tsunami di Banda Aceh, meninjau beberapa fasilitas kesehatan dan berdialog dengan pasien juga akan bertemu dengan Menko Kesra DR. Alwi Sihab dan Wagub Prov. NAD di Banda Aceh. Selain bertemu dengan beberapa menteri dan berkunjung ke lokasi bencana, Dirjen WHO juga akan menghadiri Pertemuan Khusus Para Pemimpin ASEAN Pascagempa dan Tsunami (Special ASEAN Leaders Meeting Aftermath Of Earthquakes and Tsunami tanggal 6 Januari 2005 di Jakarta.
Lebih lanjut ditegaskan, akibat gempa bumi dan Tsunami tanggal 26 Desember 2004 lalu, telah kehilangan kira-kira 100 unit Puskesmas dan rumah sakit yang ada tidak dapat difungsikan. Dalam kondisi seperti itu, kendati wabah penyakit belum terjadi namun sudah terjadi peningkatan penyakit Diare, Infeksi Paru, Campak dan sudah ditemukannnya kasus-kasus Malaria tetapi sejauh ini penyakil-penyakit tersebut dapat diatasi. Masalah yang masih dihadapi saat ini adalah evakuasi pasien, karena tempat tidur pasien di rumah-rumah sakit yang masih berfungsi seperti RS Kesdam, RS Siti Fakinah, RS Harapan Bunda sudah penuh, karena banyaknya pasien bahkan sudah banyak yang dirujuk ke rumah-rumah sakit di Medan dan Jakarta. Dalam evakuasi pasien, masih terkendala transportasi, terutama anak-anak kecil yang menderita pneumonia (radang paru-paru) yang segera memerlukan pertolongan antara lain tersedianya oksigen yang kadang-kadang kehabisan.
Untuk mengatasi hal itu hari ini dari Medan, Depkes mengirim oksigen ke Banda Aceh. Selain itu, RS Zainoel Abidin Banda Aceh hari ini mungkin sudah dapat difungsikan dan Departemen Kesehatan akan mengisi tenaganya, karena tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut juga mengalami musibah.
Untuk mengatasi meningkatnya penyakit menu]ar, beberapa hari lalu juga telah dilakukan pcnyemprotan desinfektan. Sedangkan untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa penyakit Campak, mulai hari ini dilakukan vaksinasi Campak kepada anak-anak terutama di Banda Aceh, Lhokseumawe dan Aceh Timur. Vaksin yang disiapkan saat ini untuk vaksinasi 10.000 anak, belum termasuk Meulaboh. Namun dcmikian di meulaboh telah difungsikan Rumah Sakit Lapangan bantuan Pemerintah Singapura.
Menurut Menkes jumlah penduduk yang mengungsi sampai saat ini diperkirakan 314.605 jiwa yang ditampung di berbagai titik pengungsian. Di Kab. Bireuen terdapat 41.783 jiwa yang ditampung di 51 titik pengungsian, Kota Langsa tcrdapat 2.680 pengungsi ditanpung di Desa Kuala Langsa, Kab. Aceh Utara terdapat 97.942 jiwa ditampung di 21 titik pengungsian, Kab. Aceh Timur dengan 22.000 pengungsi ditampung di 23 titik pengungsian, Kab. Banda Aceh dan Kab. Aceh Besar tcrdapat 17.720 jiwa ditampung di 29 titik pengungsian, Kab. Simeulue dengan 73.015 jiwa pengungsi, Kab. Aceh Barat dengan 47.921 jiwa pengungsi, Kab. Nagan Raya dengan 11.281 jiwa pengungsi dan 263 jiwa pengungsi di DKI Jakarta.
Berdasarkan data yang dihimpun Pusat Penanggulangan Masalah Kesehatan (PPMK) Depkes, jumlah korban luka yang dirawat inap sebanyak 1.139 orang dan rawat jalan sebanyak 1.609 orang. Sedangkan jumlah korban meninggal sampai dengan 4 Januari 2005 jam 01.00 diperkirakan sekitar 94.000-an dan yang dinyatakan hilang diperkirakan sekitar 1.400-an jiwa.