Musim kemarau pada tahun ini diprediksi akan terjadi pada bulan April 2021. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta pada hari Kamis, 25 Maret 2021.
“BMKG memprediksi peralihan angin monsun akan terjadi pada akhir Maret 2021 dan setelah itu Monsun Australia akan mulai aktif. Karena itu, Musim Kemarau 2021 diprediksi akan mulai terjadi pada April 2021," kata Dwikorita.
Musim kemarau pada bulan April diprediksi terjadi di Nusa Tenggara, Bali, dan sebagian Jawa atau sebanyak 22.8 persen dari 342 Zona Musim (ZOM). Artinya, musim kemarau tidak terjadi serentak di seluruh wilayah Indonesia.
Zona musim lainnya akan memasuki musim kemarau pada bulan Mei dan Juni 2021. Hal tersebut terjadi karena Angin Baratan (munson) masih berlangsung di berbagai wilayah Indonesia dan kondisi La Nina masih terus berlangsung meski dengan intensitas yang lemah.
Deputi Bidang Klimatologi Herizal mengatakan bahwa musim kemarau pada tahun 2021 akan lebih normal atau tidak mengalami kekeringan yang parah seperti pada tahun 2015 dan 2019.
"Musim Kemarau pada tahun 2021 akan datang lebih lambat dengan akumulasi curah hujan yang mirip dengan kondisi Musim Kemarau biasanya. Artinya Musim Kemarau 2021 cenderung normal dan kecil peluang terjadinya kekeringan ekstrim, seperti musim kemarau tahun 2015 dan 2019," ungkap Herizal.
Selain itu, BMKG juga memprediksi puncak musim kemarau akan terjadi pada bulan Agustus 2021. Menghadapi hal itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaannya khususnya masyarakat di daerah rawan bencana kebakaran hutan dan lahan serta kekurangan air bersih.
Saat ini Indonesia masih memasuki musim pancaroba atau peralihan. Oleh karena itu masyarakat juga diimbau agar tetap waspada pada cuaca ekstrem seperti hujan deras dengan durasi singkat dan angin puting beliung yang dapat mengancam kapanpun.
Sumber: https://www.bmkg.go.id/press-release/?p=la-nina-bertahan-hingga-mei-2021-58-wilayah-zona-musim-terlambat-masuk-musim-kemarau&tag=press-release&lang=ID