Perkuat Pelacakan HIV AIDS di Riau, Kemenkes Launcing Mesin PCR-BSC Tipe II

431

Perkuat Pelacakan HIV AIDS di Riau, Kemenkes Launcing Mesin PCR-BSC Tipe II

Tim task force Kementerian Kesehatan melakukan kunjungan kedua ke Kota Pekanbaru Provinsi Riau yang diketuai oleh dr. Mariya Mubarika (21/12). Kunjungan kali ini selain untuk melakukan monitoring dan penelusuran epidemiologi kasus COVID-19, juga dalam rangka meluncurkan mesin PCR dan BSC Tipe II di RS Arifin Ahmad Pekanbaru.

Di Provinsi Riau sejak tahun 1994-2020 telah ditemukan data 6797 orang dengan HIV AIDS yang tersebar paling banyak di Kota Pekanbaru, Bengkalis, dan Dumai dengan 75% kasus berada di usia produktif. Kepala dinas kesehatan provinsi Riau Dra. Hj. Mimi Yuliani Nazir, Apt, MM mengatakan bahwa sebanyak 2.549 ODHA yang di temukan di Provinsi Riaui sedang menjalani pengobatan ARV di 12 Kabupaten Kota.

Sejak dibukanya pelayanan HIV di Provinsi Riau tahun 2003, baru pada tahun 2018 test Viral Load bisa dilakukan dengan menggunakan mesin TCM yang ada di RS Arifin Ahmad dan RSUD Selasih di Kabupaten Pelalawan, 78,6% data HIV AIDS diantaranya didapatkan dari hasil viral load tersebut.

Guna menunjang dan meningkatkan layanan HIV di Provinsi Riau, Kementerian Kesehatan memberikan Mesin PCR BSC Tipe II yang di launching di RS Arifin Ahmad. Hal tersebut merupakan program untuk meningkatkan pelayanan untuk menuju target nasional 3 Zero yaitu Zero Infeksi baru HIV/AIDS , Zero kematian akibat AIDS, dan Zero stigma dan diskriminasi untuk mencapai eliminasi HIV pada tahun 2030 mendatang.

Mariya menerangkan bahwa apabila viral load ini bukan sekedar alat ukur tetapi bisa menyelesaikan masalah HIV. Karena dengan viral load, penyitas HIV yang memiliki skor dibawah 1000 bisa diketahuo bahwa orang tersebut sudah tidak bisa menularkan lagi.

“Jika kita semua berhasil mengajak mereka berobat dengan baik kemudian viral loadnya bisa dibawah standar artinya mereka tidak bisa menularkan lagi, artinya ada sebuah harapan besar tidak ada lagi kasus baru di provinsi riau” tegasnya.

Menurutnya ini merupakan langkah yang memiliki harapan besar bagi ODHA unruk menjadi SDM Unggul kedepannya. Besar harapannya bahwa alat ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk memutus mata rantai penularan HIV AIDS di Provinsi Riau sehingga tidak ada lagi kasus baru.

Selain pelacakan kasus target 3 Zero di tahun 2030 yang perlu diperhatiakan adalah bagaimana memutus rantai stigma di masyarakat kepada ODHA. Stigma terhadap ODHA ini merupakan salah satu masalah yang menyebabkan angka pengobatan terhambat dan menyebabkan penularan mata rantai sulit untuk diputus.

Kepala Subdit HIV/AIDS dan PIMS Nurjahan mengatakan bahwa target eliminasi HIV perlu kolaborasi untuk meningkatkan solidaritas. Menurutnya HIV dan AIDS ini masih menjadi stigma di masyarakat. Dengan adanya pemeriksaan dengan viral load ini, harapannya bisa membantu Provinsi Riau untuk mendiagnosis dengan baik HIV sehingga target eliminasi HIV lebih cepat dilaksanakan.

 

Sumber : sehat negeriku