Jakarta, 14 Agustus 2025
Dalam upaya memperkuat kapasitas layanan kesehatan darurat di Indonesia, Kementerian Kesehatan melalui Pusat Krisis Kesehatan menyelenggarakan webinar bertajuk “Medical Evacuation in Emergency Situations”. Kegiatan ini menghadirkan para pakar dan pratiksi di bidang kegawatdaruratan yaitu Erin Elizabeth Noste, MD FACEP FAEMS (WHO – WPRO) dan dr. Ali Haedar, Sp.EM, KPEC, FAHA, FICEP (WHO EMT Technical Working Group) untuk membahas prosedur, standar global, serta strategi koordinasi dalam pelaksanaan evakuasi medis pada situasi krisis kesehatan.
Pedoman WHO tahun 2025 menekankan pentingnya evakuasi medis yang terstandarisasi dan adaptif, sejalan dengan penguatan sistem PSC 119 di Indonesia melalui pengembangan panic button, pelacakan ambulans, dan integrasi data darurat ke sistem kesehatan nasional. Dengan mengadopsi standar internasional ini, PSC 119 dapat mempercepat respons kejadian kegawatdaruratan kesehatan, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan pra rumah sakit, dan memperkuat ketahanan sistem kesehatan daerah secara menyeluruh.
Webinar ini menjadi bagian dari komitmen pemerintah dalam mendukung Transformasi Sistem Kesehatan, khususnya pada pilar ketahanan sistem kesehatan yang menekankan pentingnya kesiapsiagaan dan respons cepat pada kejadian kegawatdaruratan kesehatan. Evakuasi medis merupakan salah satu komponen penting dalam pelayanan pra-rumah sakit, yang berperan vital dalam meminimalkan risiko disabilitas dan kematian akibat keterlambatan penanganan medis.
Para narasumber menyampaikan materi yang mencakup konsep dan prinsip Evakuasi Medis Darurat sesuai standar global, koordinasi multi-sektor dalam situasi bencana dan kedaruratan, kesiapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) melalui call taker, dispatcher, driver, hingga tenaga medis di lapangan.
Kegiatan ini diikuti sekitar 2000an peserta dari berbagai daerah, terdiri atas tenaga medis, petugas PSC 119, call taker, pihak rumah sakit, dinas kesehatan, para praktisi dan para relawan kesehatan.
Evakuasi medis yang tepat waktu dan terkoordinasi tidak hanya memerlukan armada dan tenaga terlatih, tetapi juga sistem komunikasi yang efektif. Dalam konteks Indonesia yang rawan bencana, kesiapan ini menjadi kunci mengurangi angka kematian dan disabilitas akibat keadaan darurat medis.
Agus Jamaluddin, SKM, M.Kes Kepala Pusat Krisis Kesehatan dalam sambutannya menegaskan “Transformasi kesehatan harus menyentuh aspek kegawatdaruratan pra-rumah sakit. Kita perlu memastikan setiap lini – dari call taker hingga tenaga medis di lapangan – memiliki kemampuan dan prosedur standar untuk melaksanakan evakuasi medis dengan cepat, tepat, dan aman.”
Ketua Tim Kerja Gawat Darurat Pra-RS drg.drg. A.Hadijah Pandita M.Kes sebagai penanggungjawab kegiatan menyampaikan webinar ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam menyatukan visi dan meningkatkan kapasitas semua pihak yang terlibat dalam layanan gawat darurat, agar lebih responsive, lebih tangguh memperkuat sistem ketahanan kesehatan