Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Kementerian Kesehatan RI menggelar kegiatan rapid test massal di Kantor Kecamatan Setiabudi pada Selasa (24/11) pagi.
Proses rapid test dilakukan oleh tenaga kesehatan dari Kementerian kesehatan dengan mengenakan alat pelindung diri lengkap. Proses pelaksanaan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Rapid test dilakukan terhadap pegawai kecamatan, petugas kebersihan, satpol PP, dan petugas lainnya di bawah koordinasi Kecamatan Setiabudi.
Semua pegawai diwajibkan memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan tetap menjaga jarak.
Namun sebagian petugas nampak takut mengikuti tes tersebut karena mengira tes yang dilakukan adalah tes swab.
Veri, salah satu petugas Dishub yang bertugas di wilayah Kecamatan Setiabudi mengaku sempat ragu-ragu mengikuti rapid test. Dia mengira tes yang dilakukan UPK Kemenkes adalah tes Swab.
“Awalnya saya ragu, saya kira ini tes swab yang ditusuk. Kan sakit itu. Tapi ternyata tes nya ditusuk di jari,” katanya.
Veri mengaku kegiatan rapid test ini penting dilakukan untuk mengetahui kondisi tubuh nya.
“Saya ikut tes ini untuk melihat apakah diri saya sehat, terhindar COVID atau tidak,” imbuh Veri.
Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan UPK Kemenkes dr. Rini Haryanti mengatakan pelaksanaan rapid test ini akan dilaksanakan selama tiga hari mulai dari Selasa hingga Kamis (24-26) November 2020. Target pegawai kecamatan yang akan dilakukan rapid test sebanyak 500 orang.
“Kami bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Setiabudi, memang sudah cukup sering bekerjasama dengan Puskesmas tersebut,” kata dr. Rini.
Sebelumnya, lanjut dr. Rini, UPK Kemenkes sempat juga menggelar rapid test di Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi.
Pelaksanaan rapid test di Kecamata Setiabudi sebagai skrining awal untuk mencegah penularan COVID-19. Karena berdasarkan informasi yang diterima dr. Rini dari petugas Puskesmas Setiabudi telah terjadi peningkatan kasus di 2 minggu terakhir.
Nantinya pegawai kecamatan yang hasil rapid test nya diketahui reaktif akan dilakukan tes swab dan isolasi mandiri jika tidak bergejala. Jika bergejala akan dianjurkan isolasi di rumah sakit.
“Selama ini masih pandemi, masih berlangsung (penularan COVID-19) gitu. Pasti kita akan tetap membantu,” ucap dr. Rini.
sumber : http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/