ONE DAY INTERNATIONAL SEMINAR ON STRENGTHENING SAFE HEALTH FACILITY FOR THE FUTURE, 3 AGUSTUS 2017 DI DENPASAR BALI

1,779

ONE DAY INTERNATIONAL SEMINAR ON STRENGTHENING SAFE HEALTH FACILITY FOR THE FUTURE, 3 AGUSTUS 2017 DI DENPASAR BALI

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes bekerja sama dengan Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia (PKGDI) menyelenggarakan Seminar internasional Penanggulangan Krisis Kesehatan yang diadakan di Denpasar Bali pada tanggal 3 Agustus 2017 dengan tema "Safe Health Facilities for the Future Planning". Seminar ini merupakan seminar satu hari yang menjadi bagian dari acara “The 24th Asia Pacific Symposium on Critical Care and Emergency Medicine in conjunction with One Day Seminar Ministry of Health Indonesia” yang juga merupakan kerja sama dengan “Asia Pasific Association of Critical Care Medicine”.

 

Tujuan penyelenggaraan seminar dengan tema "Safe Health Facilities for the Future Planning" adalah untuk memberikan referensi dan wawasan bagi para pengelola program bencana khususnya untuk menerapkan fasilitas pelayanan kesehatan yang aman terhadap bencana .  Diharapkan hasil dari seminar ini dapat dimanfaatkan  untuk peningkatan kualitas program dan kebijakan di Indonesia.

 

Acara diawali dengan pembukaan acara secara keseluruhan yang berjudul “The 24th Asia Pacific Symposium on Critical Care and Emergency Medicine in conjunction with One Day Seminar Ministry of Health Indonesia”. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan d. Bambang Wibowo, Sp.OG (K), MARS memberikan Keynote Speech serta membuka acara tersebut.  Dalam sambutannya Dirjen memberikan apresiasi sebesar-besarnya kepada PKGDI, PKK Kemenkes dan dan Asia Pasific Association of Critical Care Medicine yang telah menginisiasi dan berkolaborasi untuk menyelenggarakan pertemuan ini.   Hal ini memberikan kontribusi yang berharga dalam memperkuat kolaborasi maupun koordinasi antara pemerintahan, akademisi maupun organisasi kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan kualitas manajemen kedaruratan termasuk manajamen krisis kesehatan akibat bencana. 

 

Pada acara pembukaan juga disampaikan Keynote Lecture oleh Joseph Varon Chair of Scientific Committee kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar internasional dengan tema "Safe Health Facilities for the Future Planning". Pembahasan pada seminar meliputi 3 topik yaitu Safe Community for Emergencies and Disasters, Safe Primary Health Care for Emergencies and Disasters, dan Safe Hospital for Emergencies and Disasters. Pada seminar internasional ini mengundang beberapa narasumber dari dalam negeri dan luar negeri diantaranya dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS dengan paparan “The Implementation of Safe Community in Indonesia”, dr. Andi Ihsan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantaeng dengan paparan “Local Government Support Safe Community Development”, dr. Mochamad Mastur Kepala Dinas Kesehatan Tulung Agung dengan paparan “Public safety Center Implementation in Tulung Agung Distric”, drg. Saraswati, MPH Direktur Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes dengan paparan “Indonesian Government Policy Safe Primary Health Care”, dr. Edi Suharso dengan paparan “Magelang Eperience in Developing Safe Primary Health Care”, DR. dr. Tri Wahyu Murni Sulisetyowati, Sp.B, Sp.BTKV (K), M.Hkes dengan paparan “Indonesia Government Policy on Safe Hospital”, dr. Safrizal Rahman, M.Kes, Sp.OT dengan paparan “Safe Hospital Implementation in Indonesia”, Dato Abu Hasan dengan paparan “Establishing Seamless Continuum of Care by Integrated and Coordinate Primary Care – a Malaysian Eperience”, Alzamani Idroes dengan paparan “Air Medical Evacuation” dan Mak Leong dengan paparan “Safe Hospital Implementation in Singapore”.  

 

Seminar internasional di hadiri oleh peserta dari Kemenkes, PerguruanTinggi, RSUD, Dinas Kesehatan maupun lintas sektor terkait. Peserta Kementerian Kesehatan yaitu Dit. Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Dit. Pelayanan Kesehatan Primer Kemenkes, Dit. Kesehatan Kerja dan Olahraga Kemenkes, Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes, Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Dit. Kesehatan Lingkungan Kemenkes, Dit. Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes dan KKP Kelas I Denpasar.  Peserta dari RSUD yaitu RSUD dr. Slamet Garut, RSUP Dr. M Djamil Padang, RSUP. Sanglah Denpasar dan RSUD. Wangaya Kota Denpasar. Peserta dari Universitas yaitu FK. Udayana, FK. UGM, Univ. Brawijaya dan Univ. Bengkulu. Peserta dari Dinas Kesehatan yaitu Dinkes Prov. Bali, Dinkes Kota Denpasar, Dinkes Kab. Tulung Agung, Dinkes Kab. Bantaeng , Dinkes Kab. Garut, Dinkes Kab. Pidie Jaya dan Dinkes Kota Bima. Peserta dari lintas sektor yaitu Kementerian Dalam Negeri, Pusat Kesehatan TNI, Pusdokkes Polri, BNPB, BPBD Provinsi Bali dan BPBD Kota Denpasar. 

 

Kesimpulan hasil pertemuan Seminar Internasional dengan tema "Safe Health Facilities for the Future Planning" sebagai berikut :

 

  1.       Aspek penting safe community yang harus ditaati :
  2.       Respon cepat dengan memperhatikan keamanan petugas dan korban (awam khusus)
  3.       Segera meminta pertolongan (awam)
  4.        Evakuasi dan transportasi (nakes)
  5.       Aktivasi sistem kewaspadaan dini (nakes)
  6.       Clinical outcome dari pelayanan kegawatdaruratan jauh lebih penting daripada time response (nakes)

 

 

 

 

  1.       Pengembangan SPGDT : (dit yankes primer dan rujukan)
  2.       Komitmen pimpinan daerah
  3.       Alokasi anggaran. Apabila terdapat permasalahan terkait minimnya anggaran, maka dibuat roadmap pengembangan SPGDT secara jelas agar anggaran yang minim dapat dimanfaatkan secara optimal dan terencana.
  4.        Dimulai dari kapasitas yang telah dimiliki sebelumnya.  (database)
  5.       Melibatkan akademisi, lembaga usaha, pemerintah dan masyarakat.
  6.       Advokasi dan peningkatan kapasitas terkait PSC kepada Dinkes dan RSUD.
  7.       Agar permasalahan emergensi medis dapat ditangani dengan cepat dan tepat maka :
  8.       Di setiap kelompok masyarakat harus ada kader yang memiliki pengetahuan emergensi medis sederhana.
  9.       Perlu penilaian kapasitas tiap fasyankes di wilayah kita.
  10.        Membuat/memanfaatkan call center/public safety center.
  11.       Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi (medsos), sehingga penyebaran informasi kegawatdaruratan cepat disebarkan.
  12.       Memperkuat peningkatan kapasitas seperti basic life support /bantuan hidup dasar (BHD) untuk awam khusus.
  13.       Standarisasi kurikulum pelatihan BHD.
  14.       Persyaratan fasyankes yang aman bencana :
  15.       Pemilihan lokasi pembangunan fasyankes harus memperhatikan analisa risiko bencana.
  16.       Fasyankes harus aman secara struktural, non struktural dan fungsional.
  17.        Perencanaan kesiapsiagaan fasyankes seperti Hosdip.
  18.       Dilengkapi dengan peralatan penanganan emergensi yang lengkap.
  19.       Data dan informasi terkait dengan kejadian bencana perlu terintegrasi dengan data lintas program dan lintas sektor. Kemenkes sudah mengintegrasikan data dengan berbagai lintas sektor antara lain BMKG, BNPB.