Angin puting beliung, atau yang juga disebut sebagai angin leses atau lesus, adalah salah satu bencana yang tidak bisa disepelekan. Sebab, angin puting beliung dapat mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang parah hingga menimbulkan korban jiwa. Bencana ini dapat dikenali karena membentuk putaran dengan kecepatan di atas 63 km/jam, serta bergerak lurus dan umumnya akan berlalu setelah 5 menit. Hanya saja, walaupun durasinya singkat, kerusakan yang bisa disebabkan luar biasa.
Peristiwa terbentuknya angin puting beliung sering terlihat ketika memasuki musim pancaroba, umumnya pada siang maupun sore hari. Proses terbentuknya angin puting beliung pun berkaitan dengan fase tumbuhnya awan cumulonimbus. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
Pada fase tumbuh angin puting beliung, di dalam awan cumulonimbus terdapat arus udara naik bertekanan sangat kuat. Selain itu, hujan belum turun dalam fase ini, sebab titik air dan kristal es tertahan arus udara naik menuju ke puncak awan.
Kemudian, ketika titik air yang tak lagi bisa ditahan udara akan naik pula menuju puncak awan, sehingga hujan pun turun. Peristiwa ini menimbulkan gaya gesek antara arus udara naik dan arus udara turun, yang memiliki temperatur massa lebih dingin daripada udara di sekelilingnya. Di samping itu, proses ini juga menyebabkan arus geser yang memutar, sehingga membentuk pusaran. Lama-kelamaan, arus udara bergerak makin cepat, sehingga membentuk siklon atau pusaran yang dikenal sebagai angin puting beliung.